Yuk Tambah Wawasan, Ini Nilai Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam

Inilah pandangan Islam terkait kesetaraan gender yang perlu diketahui oleh Mama dan keluarga

2 Juni 2021

Yuk Tambah Wawasan, Ini Nilai Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam
Unsplash/markuswinkler

Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, tidak perlu menjadi orang Arab untuk menjadi muslim yang baik. Sejatinya, seluruh agama mengajarkan kebaikan, termasuk Islam.

Selain itu, Nazzarudin juga mengatakan, Alquran telah menjelaskan bahwa yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa, sehingga tidak ada kaitannya dengan jenis kelamin, kewarganegaraan, dan warna kulit. Pernyataan tersebut disampaikan pada acara Sosialisasi Kesetaraan Gender dalam Perspektif Agama Islam, Selasa (27/4/2021) lalu 

Dalam agama Islam, ada banyak nilai kesetaraan gender yang perlu diketahui oleh banyak orang. Bahkan, Islam memuliakan kaum perempuan dan menganggap mereka setara dengan laki-laki. 

Berikut ini, Popmama.com telah merangkum beberapa nilai kesetaraan gender dalam perspektif Islam. 

1. Memberikan hak waris dan saksi pada perempuan

1. Memberikan hak waris saksi perempuan
Unsplash/photographybyifrah

Nazzarudin mengatakan bahwa manusia yang harusnya bersyukur pertama kali atas hadirnya Islam adalah perempuan.

Hal ini dikarenakan sebelum hadirnya Islam, perempuan tidak bisa menjadi pewaris sampai akhirnya Islam hadir dan menjadi yang pertama kali memberikan hak waris pada perempuan. 

Tak hanya itu, Islam juga memberikan hak persaksian pada perempuan. Pasalnya sebelum ada Islam, perempuan tidak diperbolehkan menjadi saksi, namun saat ini persaksian juga bisa dilakukan oleh perempuan. 

2. Menormalisasi menstruasi

2. Menormalisasi menstruasi
Unsplash/johncrok

Berdasarkan penjelasan Nazzarudin, dahulu perempuan yang tengah menstruasi harus disimpan di dalam gua atau kemah-kemah menstruasi. Hal ini disebabkan karena darah menstruasi dianggap kutukan bagi perempuan, sehingga kaum perempuan perlu diasingkan. 

Namun, salah satu istri Nabi Muhammad SAW, Aisyah, mendeklarasikan bahwa perempuan yang sedang mengalami menstruasi jangan diasingkan. Dimana pernyataan ini tidak pernah muncul sebelumnya dari istri Nabi yang lainnya. 

Nazzarudin menambahkan, dalam surat Al-Baqarah ayat 222 juga telah disebutkan bahwa menstruasi merupakan masalah biologis, bukan teologis. 

Akan tetapi, mitos menstruasi masih banyak ditemukan di berbagai penjuru dunia yang menganggap bahwa menstruasi adalah kutukan bagi perempuan. Lalu, Islam datang dan memprotes mitos-mitos tersebut dan memberikan persamaan atau kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. 

3. Memperbolehkan perempuan menjadi pemimpin

3. Memperbolehkan perempuan menjadi pemimpin
Pexels/mentatdgt-330508

Nazzarudin menjelaskan bahwa tidak ada bahasa Arab dari kata pemimpin perempuan, karena perempuan tidak boleh menjadi pemimpin pada zaman dahulu. Akan tetapi, Nabi dan Alquran memberikan 1 isyarat melalui kisah Ratu Bilqis yang diceritakan pada 3 surat dalam Alquran. Kisah Ratu Bilqis tersebut dimaksudkan untuk menjadi isyarat bagi umat Islam bahwa perempuan pernah sukses dan menjadi pemimpin. 

Selain itu, Nazzarudin juga mengatakan bahwa bahasa Arab dari perempuan tomboy adalah 'rujuliyya', yang mana dalam bahasa Inggris memiliki arti 'the man'. Namun, kata the man tidak mesti ditunjukan untuk laki-laki, tetapi bisa juga berarti seseorang yang memiliki kapasitas dan wibawa. Sehingga, siapapun yang memiliki kapasitas laki-laki meski berjenis kelamin perempuan, bisa disebut sebagai the man

Itulah 3 nilai kesetaraan gender dalam perspektif yang ternyata telah ada sejak dulu. Semoga bermanfaat ya, Ma.

Baca juga:

The Latest