Perayaan Tahun Baru Masehi dapat ditelusuri kembali sekitar 4.000 tahun yang lalu atau 2.000 tahun sebelum masehi, ketika masyarakat Babilonia Kuno merayakan kedatangan tahun baru. Mereka mengadakan festival keagamaan yang dikenal sebagai Akitu dan berlangsung selama 11 hari.
Festival ini dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Langit Marduk, yang dianggap telah mengalahkan Dewi Tiamat, dewi laut yang jahat. Pada masa itu, perayaan tahun baru jatuh pada pertengahan Maret, bertepatan dengan pergantian musim.
Tradisi Babilonia ini menjadi salah satu cikal bakal perayaan tahun baru yang kita kenal saat ini. Dalam festival tersebut, berbagai ritual dilakukan untuk menyambut tahun baru, termasuk penobatan raja dan pengakuan terhadap kekuasaan ilahi. Dengan demikian, perayaan ini bukan hanya sekadar acara sosial, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam bagi masyarakat saat itu.