Seiring perkembangan media sosial, banyak sekali orang menggunakan berbagai aplikasi media sosial sebagai ajang mengenalkan diri, promosi produk, bahkan meninggalkan komentar positif maupun negatif.
Namun, tak jarang kita menemukan media sosial sebagai tempat untuk mengekspos stadar kecantikan hingga menunjukkan bentuk tubuh yang perfeksionis. Dilasir dari projectknow.com, sebanyak 20 juta perempuan Amerika dan 10 juta laki-laki di Amerika mengalami gangguan makan di beberapa titik dalam hidup mereka, dan sebagian besar dari mereka yang terkena dampak adalah remaja.
Lebih dari setengah remaja perempuan dan sekitar 1/3 remaja laki-laki terlibat dalam perilaku kelainan makan seperti diet ketat, minum pil diet atau obat pencahar, dan muntah yang diinduksi sendiri.
Hal ini cukup mengkhawatirkan dikarenakan media sosial dapat menjadi kontributor signifikan terhadap perilaku tersebut. Sebuah pusat perawatan eating disoreder di Chicago mengungkapkan bahwa 30-50% dari pasien remaja menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mendukung gangguan makan mereka.
Belum lagi jika ada orang yang meninggalkan komentar pada media sosial mengenai bentuk tubuh atau wajah kita yang menurut mereka terdapat beberapa ketidaksempurnaan bedasarkan standarnya.
Bahkan ada saja orang yang benar-benar merendahkan orang lain dengan komentar kejam dan aneh tentang tubuh orang lain tanpa memikirkan bawha apa yang ia tinggalkan dalam bentuk perkataan akan membuat orang lain tidak percaya diri hingga putus asa.
Titi Kamal pun memberikan pendapatnya mengenai isu body shaming pada sebuah unggahannya di Instagram. Ia juga memberikan tips untuk kita agar tidak rentan terpengaruh dengan segala bentuk body shaming yang dilakukan di media sosial.
