Pemerintah telah memutuskan mengisolasi beberapa daerah yang memiliki dampak penyebaran virus corona terbanyak. Salah satunya adalah Jakarta. Isolasi ini dilakukan sebagai upaya pemutus rantai penyebaran virus agar tidak semakin banyak memakan korban.
Periode dari isolasi ini berlangsung sekitar 14 hari yang mengharuskan seluruh orang untuk melakukan kegiatan di rumah seperti bekerja, belajar dan beribadah. Dengan begitu kontak fisik secara langsung akan terhindari.
Sayangnya kondisi ini juga tidak sepenuhnya berjalan mulus. Bagi sebagian orang yang biasa bekerja di luar rumah, bertemu teman-teman, melakukan olahraga fisik di luar tentu akan sangat menjenuhkan jika harus berada di rumah dalam waktu yang lama.
Selain itu, tidak semua pekerjaan dan belajar di rumah dapat berjalan dengan lancar. Bisa saja ada gangguan dari anak yang masih kecil dan ingin bermain bersama orangtua, suara berisik anak-anak bermain di rumah atau kejenuhan berada di satu ruangan secara terus menerus bisa menjadi faktor hambatan.
Menurut Dr. Carly Johnco, psikolog klinis di Universitas Macquarie Sydney mengatakan, rutinitas yang terganggu dan jenuh terhadap suatu ruangan bisa menjadi bahaya nyata. Hal ini akan diperburuk dengan proses berpikir yang meresponnya sebagai bentuk kecemasan, frustrasi ekstrim, depresi atau suasana hati yang beubah-ubah.
Lalu, bagaimana agar hal ini tidak terjadi selama masa isolasi diri berlangsung? Berikut Popmama.com rangkum tips agar kesehatan mental selama masa karantina tidak terganggu.
