Cairan vagina memiliki banyak komponen, diantaranya:
- Air: Cairan vagina lebih dari 90% air.
- Garam: Cairan vagina mengandung sekitar 1% garam, termasuk natrium klorida, kalsium, dan fosfat.
- Senyawa organik: Ini termasuk asam amino, lipid, dan glikogen.
- Sel-sel tua: Sel-sel yang melapisi vagina, rahim, dan leher rahim secara teratur mengelupas dan meninggalkan tubuh melalui cairan vagina.
- Antibodi: Cairan vagina mungkin mengandung antibodi yang mengurangi risiko beberapa infeksi.
Cairan vagina bisa muncul dalam berbagai warna, antara lain krem, merah muda, kekuningan, dan abu-abu. Warna-warna ini memiliki arti yang berbeda.
Warna-warna tersebut, meliputi:
Warna merah dapat bervariasi dari cerah hingga warna karat gelap. Cairan merah paling sering merupakan hasil dari periode menstruasi.
Warna putih bisa cenderung berbentuk krim atau kuning muda. Jika seseorang tidak memiliki gejala lain, cairan tersebut juga kemungkinan besar merupakan tanda pelumasan yang sehat.
Cairan yang berwarna lebih gelap dari kuning, hijau kekuningan, atau hijau biasanya menandakan infeksi bakteri atau penyakit menular seksual. Segera temui dokter jika keputihan kental atau menggumpal, dan berbau busuk.
Beberapa orang mengalami sedikit bercak setelah ovulasi dan setelah hubungan seksual, yang juga dapat menyebabkan keluarnya cairan berwarna merah muda, apabila hubungan seks telah menyebabkan robekan kecil atau iritasi pada vagina atau leher rahim.
Cairan abu-abu tidaklah sehat. Ini bisa menjadi gejala infeksi bakteri umum yang disebut vaginosis bakterial (BV). BV biasanya juga menyebabkan gejala vagina lainnya, seperti gatal, gangguan bau yang kuat, dan kemerahan di sekitar vulva atau lubang vagina
Cairan atau keputihan biasanya berwarna bening. Teksturnya licin atau memiliki konsistensi putih telur. Seseorang cenderung mengalami keluarnya cairan yang lebih bening dan licin tepat sebelum ovulasi, selama gairah seksual, dan selama kehamilan.