Tidak ada jawaban sederhana untuk pertanyaan ini. Mengapa? Ftalat bukanlah bahan kimia tunggal, melainkan terdiri dari beberapa bahan kimia. Tiap-tiap bahan, layaknya anggota keluarga, memiliki karakter yang berbeda dan dampak yang berbeda pula pada tubuh tiap orang. Dan, penelitian mengenai ftalat pun lebih banyak dilakukan pada binatang, bukan manusia.
Jadi, bagaimana ftalat memengaruhi manusia, masih terus dalam pantauan. Menurut penelitian, hasil dampaknya pada manusia masih berupa prediksi risiko.
Di mana disebutkan, jika terpapar ftalat dalam skala yang sangat tinggi manusia berisiko mengalami gangguan kesehatan seperti terganggunya sistem hormon endoktrin (banyak terdapat pada pria), masalah kesehatan pada janin laki-laki (penis mengecil dan keguguran), obesitas abdominal, dan diabetes tipe-2.
Sejumlah lembaga ilmiah pemerintah dan badan pengawas kesehatan dunia telah memelajari secara menyeluruh, meninjau, dan menyimpulkan bahwa ftalat jenis BBP, DBP, dan DEHP tidak aman digunakan dalam produk komersial.
Sebagai alternatif plasticizer, Direktur Environmental Health Center Dallas, William J. Rea, MD, mengatakan ftalat jenis diisononyl phthalate (DINP) dan diisodecyl phthalate (DIDP) diperbolehkan. Itu pun aman pada tingkat paparan yang khas, seperti yang digunakan pada mainan anak dan produk rumah tangga.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, BBP, DBP, dan DEHP bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah 3 tahun, mengiritasi kulit manusia (DBP), dan pada tikus laboratorim menyebabkan kerusakan sistem reproduksi (terutama pejantan) juga kanker.