Beberapa waktu lalu, peneliti dari Scripps Research Translational Institute menerbitkan sebuah penelitian yang memperkirakan bahwa pasien tanpa gejala atau orang asimtomatik menyumbang hingga 45% kasus coronavirus.
Dokter Eric Topol yang menjadi salah satu peneliti dalam makalh tersebut pun mengkritik komentar WHO dan menulis bahwa pernyataan WHO seolah kurang data dibandingkan dengan penelitianya. Mengingat, kesimpulan dari para peneliti tersebut meyakini bahwa penyebaran virus dari pasien tanpa gejala sama dengan orang yang memiliki gejala.
"Menunjukkan potensi yang sama untuk transmisi virus," jelas penelitian tersebut yang dikutip dari TIME.
Seorang ahli biologi dari University of Washington Carl Bergstrom menyatakan pendapatnya di twitter bahwa kesimpulan WHO didasarkan pada thin evidence atau bukti yang kurang cukup.
Carl juga mengatakan WHO harus bisa dengan jelas membedakan antara pasien tanpa gejala atau asimptomatik dan mereka yang belum menunjukkan gejala atau presimtomatik. Karena pasien yang belum menunjukkan gejala juga tanpa disadari bisa menyebarkan virus sebelum mereka menjadi timbul gejala.
Studi yang dilakukan dokter Eric pada transmisi virus Covid-19 menemukan bahwa beberapa orang yang terbukti positif dan masih dalam masa inkubasi virus dalam tubuhnya bisa dikategorikan sebagai presimtomatik. Karena dibutuhkan rata-rata lima hari setelah paparan virus untuk bisa menunjukkan gejala.
"Bahkan jika penyebaran pada pasien tanpa gejala dikatakan sangat jarang terjadi, tapi penyebaran pada pasien yang pragejala juga penting untuk diteliti," tulis Carl Bergstrom di laman Twitternya.
Oleh karenanya, ia mengimbau pencegahan dan langkah preventif juga perlu dilakukan. Protokol harus tetap diterapkan seperti menggunakan masker dan mengaja jarak untuk menghindari penyebaran virus.