Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (20/5/2022) mengatakan hingga 8 Mei 2022 terdapat 1.284 kasus suspek cacar monyet dan 58 kematian dilaporkan di Republik Demokratik Kongo (RDK).
Menurut kantor WHO di RDK, Provinsi Sankuru, Tshopo, Equateur, dan Tshuapa mencatat 913 kasus, menyumbang sekitar 75 persen dari keseluruhan kasus suspek di negara tersebut.
Berikut ini Popmama.com telah merangkum fakta-fakta terkait cacar monyet yang terjadi di RD Kongo melansir dari IDN Times.
Cacar monyet adalah penyakit ringan, biasanya penyakit ini sembuh dengan sendirinya. Penyakit cacar monyet menular melalui kontak yang sangat erat dengan penderita.
Penyakit ini biasa sembuh dalam hitungan minggu. Memiliki gejala demam, nyeri otot, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, dan ruam pada kulit seperti lecet.
Cacar monyet biasanya ditemukan di hutan hujan Afrika Tengah dan Barat, tempat hewan pembawa virus hidup.
WHO telah mengonfirmasi sekitar 80 kasus cacar monyet yang menyebar di 11 negara sebagaimana dikutip dari CNBC.
Menurut WHO, wabah itu tidak biasa karena terjadi di negara-negara di mana virus tida endemik. WHO juga mengatakan kemunginan banyak kasus akan dilaporkan karena pengawasannya meluas.
WHO bekerja dengan negara-negara yang terkena dampak untuk memperluas pengawasan penyakit. Dengan tujuan untuk menemukan penderita dan memberkan panduan tentang cara mengatasi wabah tersebut.
Negara-negara Eropa mengonfirmasi telah terjadi puluhan kasus wabah cacar monyet. Hal tersebut merupakan kasus wabah cacar monyet terbesar yang terjadi di Eropa.
Amerika Serikat (AS) telah mengonfirmasi satu kasus cacar monyet. Sementara itu, Kanada telah mengonfirmasi dua kasus.
Semoga, wabah cacar monyet ini bisa teratasi dengan baik ya Ma. Diharapkan wabah ini tidak menyebar luas ke negara tetangga bahkan sampai ke Indonesia.