Apa Itu Fimofis pada Penis yang Dialami oleh Putra Oki Setiana Dewi?

Kondisi ini biasanya terjadi pada sebagian besar bayi dan balita yang belum disunat

14 Oktober 2020

Apa Itu Fimofis Penis Dialami oleh Putra Oki Setiana Dewi
Instagram.com/okisetianadewi

Baru-baru ini, Oki Setiana Dewi membagikan cerita kondisi putranya yang didiagnosis fimosis. Anak ketiganya yang bernama Ibrahim Muhammad Abdullah akhirnya disunat karena kondisi tersebut.

Menurut bagian Urologi Rumah Sakit Universitas Indonesia, fimosis adalah suatu kondisi di mana kulit bagian luar (kulup) pada penis tidak dapat ditarik sehingga mengeluarkan kepala penis.

Kondisi ini biasanya terjadi pada sebagian besar bayi dan balita yang belum disunat karena kelenjar dan kulup tetap terhubung selama beberapa tahun pertama kehidupan.

Lalu, apa yang menyebabkan terjadinya fimosis? Seperti apa cerita Oki Setiana Dewi mengenai putranya yang terdiagnosis fimosis? Popmama.com telah merangkumnya sebagai berikut.

1. Penyebab dan gejala fimosis pada anak laki-laki

1. Penyebab gejala fimosis anak laki-laki
Pexels/Helena Lopes

Fimosis itu sendiri terjadi ketika kulit kepala penis melekat erat pada kepala penis. Ada dua bentuk fimosis, yaitu fimosis fisiologis dan fimosis patologis.

Fimosis fisiologis terjadi pada anak-anak dengan kulup melekat saat lahir yang nantinya akan memisah sendiri seiring berjalannya waktu. Kondisi ini, normal pada anak yang belum disunat dan akan sembuh saat menginjak usia 5-7 tahun atau bahkan lebih.

Sementara fimosis patologis terjadi karena jaringan parut, infeksi, atau pembengkakan. Penarikan kembali kulup yang kuat dapat menyebabkan perdarahan, jaringan parut, dan trauma psikologis bagi anak dan orang tua.

Jika kulup membengkak saat buang air kecil, mengalami kesulitan buang air kecil, atau infeksi maka pengobatan mungkin diperlukan, salah satunya dengan cara penyunatan.

Salah satu gejala fimosis yang paling umum adalah kulup yang menggembung atau membengkak saat buang air kecil. Hal ini terjadi karena urin menumpuk di dalam kulup saat keluar.

Fimosis yang parah bisa membuat penderitanya lebih sulit buang air kecil. Ini juga dapat meningkatkan risiko masalah seperti balanitis, yaitu meradangnya kulup karena iritasi atau infeksi.

2. Bagaimana pengobatan untuk penderita fimosis?

2. Bagaimana pengobatan penderita fimosis
Freepik

Perawatan untuk fimosis bervariasi, tergantung pada anak dan tingkat keparahan kondisi tersebut. Departemen Urologi University of California di San Fransisco, menyatakan ada dua cara untuk pengobatan fimosis, yaitu dengan kortikosteroid topikal dan penyunatan.

Penggunaan salep steroid topikal ini berfungsi untuk membantu melembutkan kulup yang ketat di sekitar penis sehingga kulup dapat dengan mudah ditarik.

Salep dapat dioles dan dipijat pada area fimosis, 2 kali sehari selama 6-8 minggu bersamaan dengan peregangan atau penarikan manual 2 kali sehari hingga kulup dapat ditarik sepenuhnya.

Apabila salep steroid tidak mampu mengatasinya maka penyunatan adalah tindakan yang perlu dilakukan.

3. Cerita Oki Setiana Dewi soal kondisi Ibrahim yang terdiagnosis fimosis

3. Cerita Oki Setiana Dewi soal kondisi Ibrahim terdiagnosis fimosis
Instagram/okisetianadewi

Melalui akun instagramnya, Oki Setiana Dewi menceritakan kondisi putranya, Ibrahim yang terdiagnosis fimosis.

Awalnya, Oki mengaku belum punya pengalaman memiliki anak laki-laki sehingga sempat menunda untuk menyunatnya. Padahal, ia tahu bahwa Rasul mencontohkan anak-anak disunat pada saat bayi.

Hingga suatu hari, Ibrahim menangis kesakitan karena kepala penisnya bengkak dan merah yang kemudian terdiagnosis fimosis. Dilihat dari kondisinya, pengobatan yang harus dilakukan adalah penyunatan.

Namun, Ibrahim sempat memberontak dan menangis ketakutan saat akan melakukan penyunatan di rumah sakit.

Oki pun memutuskan untuk membawanya ke tempat sunat lain yang menggunakan Bipolar Technology, yaitu pemotongan jaringan tubuh dengan menggunakan gunting bipolar berukuran kecil yang bisa menghentikan perdarahan dan karbonisasi luka.

Baca juga:

The Latest