Tak menutup kemungkinan, setiap hubungan asmara akan berakhir dengan perpisahan atau putus cinta. Baik antara sepasang kekasih maupun suami istri yang terikat pernikahan.
Namun, sering kali saat terjadi putus cinta, ada salah satu pihak yang merasa jadi korban. Reaksinya bermacam-macam, mulai dari mendendam, bahkan hingga melakukan pemantauan berkala atau istilahnya populernya itu "stalking mantan".
Terutama di era digital seperti sekarang, internet dan media sosial memberi kemudahan untuk mengetahui kegiatan hingga kabar terbaru seseorang. Lantas, apakah kegiatan stalking ini bisa dibilang wajar?
Berdasarkan penelitian dalam jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking pada 2015, para peneliti melihat alasan psikologis di balik kegiatan stalking. Mereka menyimpulkan, semakin besar kesedihan pasca putus cinta, maka semakin besar keinginan seseorang untuk stalking mantannya lewat media sosial.
Selain itu, banyak yang mengatakan perempuan sangat ahli soal urusan stalking. Mereka bahkan bisa menggali hingga ke akar-akarnya untuk mencari tahu tentang kehidupan seseorang. Padahal sejatinya, baik perempuan maupun laki-laki bisa saja ahli dalam stalking.
Nah Ma, kira-kira apa alasannya? Kali ini Popmama.com telah merangkumnya berdasarkan siaran pers dari Perempuan Indonesia Satu bertajuk 'Perempuan dan Kebiasaan Stalking Mantan'.
Yuk Ma, disimak ya!
