7 Cara Menjadi Orangtua yang Bisa Diajak Curhat oleh Anak

Bantu anak hadapi tekanan psikisnya, Ma

10 April 2019

7 Cara Menjadi Orangtua Bisa Diajak Curhat oleh Anak
Pexels/Pixabay

Tagar Justice for Audrey yakni #justiceforaudrey saat ini tengah menggema di dunia maya. Bahkan sempat juga menjadi trending topic di Twitter dan Instagram. Tagar ini mulai banyak bermunculan sejak Selasa (9/4/2019).

Audrey merupakan seorang siswi SMP negeri di Pontianak, Kalimantan Barat, Ma. Ia harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit setelah mendapatkan perlakuan tak pantas dari beberapa pelaku sesama perempuan yang merupakan siswi SMA.

Ini merupakan salah satu kasus bullying alias bentuk perundungan pada remaja. Diketahui Audrey dianiaya oleh 12 siswi SMA di Pontianak pada akhir Maret lalu.

Nah, sebagai orangtua penting untuk selalu mengamati perilaku anak di rumah. Jika anak tampak murung dan seperti memiliki masalah, maka sediakan waktu untuk bicara.

Tunjukkan bahwa Mama ada untuk anak dan akan selalu melindunginya apapun yang terjadi.

Namun tentunya hal ini memerlukan keterbukaan komunikasi yang terbentuk antara orangtua dan anak, Ma. Seperti apa cara yang bisa dilakukan orangtua untuk bisa diajak curhat oleh anak?

Yuk simak ulasan Popmama.com mengenai cara menjadi orangtua yang baik dan bisa menjadi teman curhat untuk anak.

1. Perhatikan setiap ucapan anak

1. Perhatikan setiap ucapan anak
Pexels/Sunbae Legacy

Sebagian besar waktu anak akan dihabiskan untuk belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga waktu yang tersedia untuk sekadar mengobrol dengan orangtua pun menjadi minim.

Oleh sebab itu, Mama perlu lebih peka terhadap ucapan-ucapan yang dilontarkan anak di rumah. Terutama jika sebelumnya ia tampak sedang murung. Bisa jadi anak hendak membuka pembicaraan dan ingin mengobrol dengan Mama, hanya saja ia bingung bagaimana memulainya.

Saat anak mulai menghampiri dan membuka pembicaraan, tinggalkan aktivitas yang sedang Mama lakukan saat itu juga. Segera berikan respons pada anak.

Bagi anak, apakah Mama mau benar-benar meninggalkan aktivitas dan mendengarkan ucapannya adalah indikasi bahwa ia bisa mengandalkan Mama sebagai orangtua saat ia butuhkan. Ini tahapan penting dalam membangun kedekatan.

Terutama bagi Mama yang memiliki anak usia remaja, cepat memberikan respons saat ia membuka pembicaraan menjadi hal yang penting. Jika pada tahap awal saja Mama tampak sibuk dan tidak memberikan respons, maka selanjutnya anak akan berpikir dua kali untuk kembali curhat, Ma.

2. Dengarkan dahulu tanpa menghakimi

2. Dengarkan dahulu tanpa menghakimi
Pexels/Breakingpic

Saat anak mulai mau menceritakan masalahnya, pastikan Mama mendengarkan dulu semua ceritanya sampai selesai. Hindari memotong pembicaraannya, apalagi sampai menghakimi dan kemudian memarahi anak.

Di waktu anak mulai membuka diri pada Mama, seringkali yang dibutuhkan olehnya saat itu hanyalah sekadar didengarkan. Terlebih jika saat itu anak sedang kesal, sedih atau emosi, respons negatif hanya akan membuatnya semakin terpuruk.

Jadi, biarkan anak melampiaskan terlebih dahulu emosi yang sedang dirasakannya.

Cukup Mama dengarkan, sesekali beri sentuhan atau pelukan, tunjukkan bahwa Mama benar-benar mendengarkan dan bisa menjadi teman curhatnya.

Editors' Pick

3. Jangan fokus pada kegagalan yang dihadapi anak

3. Jangan fokus kegagalan dihadapi anak
Pexels/Agung Pandit Wiguna

Jika anak bercerita bahwa emosi dan masalah yang dihadapinya saat ini adalah karena kegagalan pada pelajaran atau kegiatan tertentu, hindari fokus pada hal tersebut, Ma.

Hindari justru memarahi anak karena kegagalan yang dihadapinya. Misalnya justru marah karena nilai ulangannya jelek dan menyuruhnya untuk lebih giat belajar.

Sikap demikian bisa jadi membuat anak enggan untuk bercerita kembali. Meski bagi Mama urusan nilai mungkin adalah hal yang sepele, namun bagi anak mungkin saja ini adalah masalah harga diri di sekolah.

Pahamilah bahwa sebenarnya anak pun malu dan tahu dirinya sudah berbuat salah, sehingga Mama bisa memberinya apresiasi untuk mau terbuka dan bercerita pada Mama.

Memahami perasaan tersebut adalah respons awal yang akan membuat anak merasa aman untuk mengakui kesalahannya pada Mama.

Sehingga di kemudian hari ketika anak menghadapi masalah besar lainnya, ia tidak akan segan untuk menceritakannya pada Mama.

Baca juga:

4. Hindari langsung memberikan solusi dan saran

4. Hindari langsung memberikan solusi saran
Pexels/Rawpixel.com

Seperti disebutkan sebelumnya, seringkali yang dibutuhkan oleh anak adalah teman curhat dan sekadar mendengarkan ceritanya. Bahkan bisa jadi ia sebenarnya tidak sedang membutuhkan masukan dari Mama.

Anak kadang-kadang ingin memiliki tempat untuk berbagi, namun ia bisa mencari solusi untuk dirinya sendiri. Ini merupakan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kepercayaan diri dan kompetensinya.

Jika dari awal Mama langsung ‘terjun’ memberikan solusi, saran atau bahkan kalimat perintah pada anak, ia akan merasa tidak didengarkan. Bahkan bisa saja anak merasa tidak kompeten dan tidak percaya diri.

5. Tanyakan aktivitas anak setiap hari

5. Tanyakan aktivitas anak setiap hari
Pexels/Pragyan Bezbaruah

Pastikan di tengah kesibukan masing-masing Mama dan anak, tetap ada komunikasi yang terjadi setiap harinya, bahkan meskipun hanya dalam waktu singkat.

Misalnya ketika anak pulang sekolah, tanyakan bagaimana kegiatannya di sekolah hari ini. Adakah aktivitas yang disukainya atau masalah yang dihadapinya. Jika anak kemudian membuka diri untuk bercerita, dengarkan.

Namun jika tidak, setidaknya Mama sudah memberikan perhatian pada anak.

Meski bagi Mama pertanyaan tersebut mungkin tampak sepele, namun bagi anak ini bisa menjadi tanda perhatian yang luar biasa.

Lama-kelamaan ia akan mulai menyadari kasih sayang dan perhatian yang Mama berikan, dan mulai mau untuk menceritakan kegiatan hariannya pada Mama.

Tetap bersabar menunggu momen tersebut ya, Ma. Jangan terburu-buru kecewa atau memaksa anak untuk bercerita, sebab ini memerlukan kesadaran sendiri dalam dirinya.

6. Lakukan kegiatan bersama setiap pekan

6. Lakukan kegiatan bersama setiap pekan
Pexels/Oleksandr Pidvalnyi

Rutinitas harian tentu akan membuat waktu lebih banyak dihabiskan untuk melakukan kegiatan yang itu-itu saja, bahkan cenderung membuat bosan. Oleh sebab itu, agar kedekatan secara fisik dan emosional pada anak tetap terjaga, sediakan waktu untuk melakukan kegiatan bersama setidaknya setiap pekan atau setiap bulan.

Misalnya dengan pergi ke mal bersama-sama, piknik ke taman, atau sekadar makan di restoran bersama. Ini bisa menjadi momen menyenangkan antara orang tua dan anak, sehingga waktu pun bisa dihabiskan untuk bermain dan bersenang-senang.

Melepaskan emosi dan melupakan sejenak masalah yang ada juga bisa dilakukan dalam kesempatan ini. Jangan lupa selalu berikan sentuhan dan senyuman pada anak ya, Ma. Dengan begitu anak akan menyadari bahwa orang tua adalah rumah baginya.

7. Selalu menyediakan waktu kapan saja

7. Selalu menyediakan waktu kapan saja
Pexels/Albert Rafael

Untuk curhat, anak seringkali tidak memberikan jadwal dan akan melakukannya kapan saja. Bahkan mungkin ketika pekerjaan rumah atau kantor Mama sedang banyak-banyaknya.

Jika memang kondisinya demikian, ingatlah untuk selalu menyediakan waktu bercerita pada anak. Tetaplah hadir kapanpun anak membutuhkan. Mama tidak akan pernah tahu kapan anak sedang menghadapi masalah besarnya, sehingga kehadiran Mama akan menjadi penolong penting bagi anak.

Apabila Mama selalu ada, anak tidak akan merasa sendirian. Ia akan memahami bahwa ada orang yang akan selalu membela dan mendegarkan masalahnya.

Ini juga akan membantu menghindarkan anak dari pelampiasan-pelampiasan yang tak sehat, seperti percobaan bunuh diri atau penggunaan obat-obat terlarang.

Pada intinya, jangan lupa untuk selalu menyediakan waktu berbicara dan mendengarkan segala keluh kesah anak, ya.

Itulah cara menjadi orangtua yang baik dan bisa menjadi teman curhat untuk anak yang bisa Mama dan Papa lakukan. Ciptakan hubungan yang damai sehingga anak merasa nyaman dan leluasa bercerita kepada orangtuanya kapan pun mereka mau.

The Latest