Pyskoterapi Amy Lewis Bear melalui laman Psychology Today, membagikan hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terseret dalam argumen irasional dengan pelaku victim blaming.
Ia menggunakan akronim BREAK (believe, resist, don't engage, avoid, dan know) untuk membantunya menjelaskan hal ini.
Amy menerangkan bahwa yang bisa dilakukan pertama ialah percaya (believe) pada diri dan intuisi sendiri. Menurutnya, jika ada sesuatu yang terasa salah, itu berarti salah.
Ia menyarankan untuk belajar membangun kepercayaan pada diri sendiri, serta membedakan antara pikiran yang sebenarnya dengan pikiran yang ditanamkan oleh pelaku.
Berikutnya, Amy menyarankan untuk menolak (resist) mencoba membela atau menjelaskan diri sendiri. Menurut Amy, melakukan hal itu sama dengan menyiratkan bahwa tindakan pelaku baik-baik saja.
Lanjutnya, Amy menjelaskan untuk jangan terlibat (don't engage) dalam diskusi. Bila ada yang ingin disampaikan, kamu bisa berbicara dengannya saat situasi sudah tenang.
Tak hanya itu, Amy pun menyarankan untuk hindari (avoid) mengambil kesalahan untuk menenangkan si pelaku ketika itu bukan salahmu.
Menurutnya, mengkompromikan diri sendiri akan melemahkan harga diri dan membuat diri menjadi rentan terhadap serangan emosional lainnya.
Terakhir, Amy mengatakan, kamu harus tahu (know) kapan mempraktikan sikap hangat kepadanya. Menurut Amy, kamu perlu memahami bahwa pasanganmu bisa saja memiliki kondisi psikologis serius yang kemungkinan berkembang dari pengalaman masa kecilnya.
Itulah rangkuman informasi tentang victim blaming dalam hubungan. Semoga saja, fenomena ini tidak pernah terjadi di dalam kehidupan rumah tanggamu, ya.