Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan, terdapat beberapa gangguan kesehatan mental akibat KDRT, antara lain:
Salah satu dampak serius dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah depresi. Kondisi ini muncul sebagai akibat dari pengalaman traumatis yang dialami korban. Dalam beberapa kasus, depresi dapat berkembang hingga mendorong tindakan bunuh diri.
Risiko depresi pada perempuan yang mengalami KDRT berkaitan erat dengan berbagai faktor seperti usia, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, dan durasi kekerasan yang dialami.
Semakin lama seseorang mengalami kekerasan dari pasangannya, semakin besar pula risiko mereka mengalami depresi.
- PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) dapat dialami seseorang akibat dari KDRT. Gejala yang muncul meliputi rasa takut, perasaan rentan, dan kehilangan kendali atau ketidakberdayaan.
Ketakutan yang terjadi bisa menjadi pengalaman sangat traumatis. Oleh karena itu, individu yang mengalami kondisi ini memerlukan penanganan segera.
Jika dibiarkan, gangguan mental yang lebih parah dapat berkembang, terutama jika pelaku masih berada di lingkungan yang dekat atau tinggal berdekatan dengan korban.
KDRT dapat memicu gangguan kecemasan atau anxiety disorder pada korbannya. Penderita gangguan ini sering kali merasakan ketakutan mendadak ketika mengingat kejadian kekerasan yang dialami atau bahkan tanpa alasan yang jelas.
Kondisi ini membutuhkan penanganan profesional segera karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk mencegah masalah ini semakin memburuk, penting bagi korban untuk mendapatkan bantuan secepat mungkin agar dapat kembali menjalani kehidupan dengan normal.
KDRT dapat mendorong korban untuk terjerumus pada penyalahgunaan zat. Menurut Addiction Center, perempuan yang pernah mengalami KDRT memiliki risiko 15 kali lebih tinggi untuk menyalahgunakan alkohol dan 9 kali lebih rentan menggunakan narkoba dibandingkan mereka yang tidak memiliki pengalaman serupa.
Selain itu, pelaku yang sering berada di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan juga lebih cenderung kehilangan kendali, sehingga meningkatkan risiko terjadinya KDRT. Pengaruh zat-zat ini secara signifikan meningkatkan kemungkinan perilaku kasar.