Kisah Cinta Zainab dan Abul Ash bin Rabi, Disatukan oleh Iman
Kisah cinta Zainab, anak pertama Rasulullah SAW, dengan Abul Ash yang seorang laki-laki Quraisy
26 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di dalam kehidupan percintaan, banyak orang yang mendambakan kisah-kisah cinta yang mengharukan serta romantis. Kisah-kisah cinta itu pun menginspirasi kita sebagai makhluk yang memiliki rasa untuk mencintai.
Kisah-kisah cinta ini tidak hanya berasal dari cerita fiksi, tetapi juga berasal dari kisah sejarah-sejarah di dunia. Untuk umat Muslim, pastinya tahu kisah-kisah cinta pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Salah satu kisah yang sangat mengharukan ialah kisah cinta Zainab dan suaminya yang bernama Abul Ash bin Rabi. Namun, hanya sedikit dari kita yang mengetahui kisah cinta anak perempuan dari Nabi Muhammad SAW ini.
Untuk kamu yang belum mengetahui tentang kisah cinta yang mengharukan sekaligus penuh dengan kesetiaan ini, Popmama.com akan menceritakan tentang kisah cinta Zainab dan Abul Ash bin Rabi kepada kamu.
1. Awal pertemuan keduanya
Abul Ash bin Rabi merupakan pedagang dari kaum Quraisy yang tak pernah berhenti pulang pergi antara Makkah dan Syam. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang mengandalkan kemampuan berdagangnya dan menyerahkan harta mereka untuk diperdagangkan.
Abul Ash masih satu kaum dengan Siti Khadijah, istri Rasulullah SAW, dan sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Khadijah. Abul Ash juga diperbolehkan tinggal di rumah Nabi Muhammad SAW. Baik Rasulullah SAW maupun Siti Khadijah sangat menyayangi Abul Ash.
Ketika Abul Ash cukup usia, Zainab putri dari Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah pun dinikahkan dengan Abul Ash. Keduanya saling mencintai satu sama lain dengan kasih sayang yang tidak terbatas.
Editors' Pick
2.Tidak ingin berpisah
Pada saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dan diangkat menjadi rasul, Zainab menyampaikan hal ini kepada suaminya, Abul Ash. Abul Ash tidah sama sekali menyangkal kenabian Rasulullah SAW.
Akan tetapi, Abul ash tidak ingin beriman pada agama Islam pada waktu itu dan memilih untuk tetap setia dengan agama nenek moyangnya. Meskipun telah memantapkan keputusannya, Abul Ash tidak ingin berhenti mencintai Zainab.
Seiring waktu, pertentangan Rasulullah SAW dengan kaum Quraisy semakin meningkat. Pada akhirnya, Abul Ash diminta untuk menceraikan Zainab dan mengembalikannya kepada Nabi Muhammad SAW dan Siti Khadijah.
Abul Ash pun bersikeras menolak akan hal itu, dia terlalu mencintai istrinya dan tidak ingin berpisah dengannya. Rasulullah SAW yang telah menerima kembali kedua putri lainnya sungguh gembira dan berharap agar Abul Ash melakukan hal yang sama.
Namun, Rasulullah SAW tak kuasa untuk memaksa hal tersebut. Saat itu, belum ada hukum Islam yang mengharamkan pernikahan antara perempuan mukminah dan laki-laki musyrik.