Apa Itu Victim Blaming dalam Hubungan?

Ketahui penjelasan soal victim blaming dengan baik sebelum terjadi pada hubunganmu

25 Maret 2024

Apa Itu Victim Blaming dalam Hubungan
Pexels/Alex Green

Menjalani hubungan rumah tangga yang harmonis dan baik-baik saja mungkin sulit dilakukan bagi sebagian orang. Terlebih lagi jika di dalam hubungan rumah tangga memiliki kondisi yang tidak sehat karena adanya victim blaming.

Victim blaming ternyata tidak hanya terjadi pada kasus kekerasan seksual saja, tetapi juga bisa hadir pada hubungan rumah tangga. Fenomena ini sebenarnya dapat terjadi kapan saja dan menimpa siapa saja.

Untuk itu, perlu dipahami dengan baik agar bisa segera mengetahui tanda-tanda victim blaming di dalam hubungan.

Namun sebenarnya, apa itu victim blaming dalam hubungan? Berikut Popmama.com rangkumkan beberapa penjelasan mengenai victim blaming secara lebih detail.

Pengertian Victim Blaming

Pengertian Victim Blaming
Pexels/Timur Weber

Victim blaming adalah sebuah istilah yang menyalahkan korban terhadap kesalahan yang menimpa dirinya sendiri. Padahal bukan dirinya yang bersalah dalam situasi atau permasalahan tersebut.

Menurut konselor Dr. Sharie Stines, LPCC, yang dilansir dari laman PsychCentral, victim blaming merupakan taktik manipulatif yang digunakan oleh pelaku untuk meyakinkan diri mereka sendiri dan korbannya bahwa masalahnya terletak pada orang lain.

Pada umumnya, pelaku victim blaming akan menyalahkan korban karena ingin merasa dirinya aman sendiri.

Editors' Pick

Tanda-Tanda Perilaku Umum yang Digunakan Pelaku Victim Blaming

Tanda-Tanda Perilaku Umum Digunakan Pelaku Victim Blaming
Pexels/Timur Weber

Pelaku victim blaming sebenarnya dapat diketahui secara langsung dari tanda-tanda perilaku umum yang ditunjukkannya.

Dilansir dari laman Psychology Today, ada beberapa tanda-tanda perilakunya, antara lain:

  1. Mengalihkan fokus dengan menempatkan pasangan mereka pada posisi defensif. Tak hanya itu, pelaku juga mencirikan perilaku normal pasangan sebagai hal yang tercela.
  2. Membenarkan perilaku menyalahkan mereka dengan mengambil peran sebagai korban, seolah-olah mereka tidak punya pilihan selain membela diri terhadap orang-orang yang terus-menerus berusaha menyakiti mereka.
  3. Mengutip semua hal indah yang telah mereka lakukan untuk pasangan mereka.
  4. Berpura-pura memberikan kasih sayang dan pengertian untuk pasangan mereka, tetapi mengklaim bahwa perilaku pasangan mereka "egois, gila, atau irasional" melebihi dari kapasitas besar orang yang menyalahkan untuk memaafkan.
  5. Menceritakan tentang hak dan kesalahan yang salah tempat sambil menghindari penyelesaian.

Reaksi Khas dari Pelaku Victim Blaming

Reaksi Khas dari Pelaku Victim Blaming
Pexels/MART PRODUCTION

Pihak korban yang disalahkan mau tidak mau harus siap menghadapi dampak dari pasangan mereka yang merupakan pelaku victim blaming ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

Dikutip dari Psychology Today, reaksi khas yang dapat terlihat dari pelaku victim blaming, antara lain:

  • Mengamuk seperti membanting pintu, melempar barang, berteriak, menyebut nama, ancaman, tuduhan, perlakuan diam, atau pergi secara tiba-tiba.
  • Mencegah kamu berbicara dengan melangkahi kata-kata atau memutarbalikkan kata-kata yang kamu ucapkan dan menggunakannya untuk melawanmu.
  • Menangis dan mengklaim bahwa kamu tidak mencintainya lagi.
  • Menolakmu dengan memberikan penjelasan yang panjang, rumit, dan fiktif tentang mengapa dirimu bersalah. Selain itu, dia juga mencoba untuk meremehkanmu dengan memanfaatkan rasa malu dari kesalahan masa lalu atau rahasia yang telah kamu ceritakan padanya secara rahasia.
  • Melibatkan anak-anak dengan berbohong dan memberi tahu mereka tentang hal-hal buruk yang telah kamu lakukan dalam upaya untuk menyakitimu lebih jauh dan mendapatkan dukungan.
  • Mencoba untuk mendapatkan dukungan dari orang lain dengan memutarbalikkan fakta tentang apa yang telah terjadi sebenarnya.
  • Menghukummu dengan membatalkan rencana, mengganggu pekerjaan atau aktivitasmu, serta menahan hal-hal yang kamu inginkan atau butuhkan.
  • Meminta maaf dan mohon ampun. Dirinya sudah berjanjilah untuk melakukan yang lebih baik, namun tetap terus mengulangi perilaku menjengkelkan yang sama.

Cara menghindari argumen dengan pelaku victim blaming

Cara menghindari argumen pelaku victim blaming
Pexels/MART PRODUCTION

Pyskoterapi Amy Lewis Bear melalui laman Psychology Today, membagikan hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terseret dalam argumen irasional dengan pelaku victim blaming.

Ia menggunakan akronim BREAK (believe, resist, don’t engage, avoid, dan know) untuk membantunya menjelaskan hal ini.

Amy menerangkan bahwa yang bisa dilakukan pertama ialah percaya (believe) pada diri dan intuisi sendiri. Menurutnya, jika ada sesuatu yang terasa salah, itu berarti salah.

Ia menyarankan untuk belajar membangun kepercayaan pada diri sendiri, serta membedakan antara pikiran yang sebenarnya dengan pikiran yang ditanamkan oleh pelaku.

Berikutnya, Amy menyarankan untuk menolak (resist) mencoba membela atau menjelaskan diri sendiri. Menurut Amy, melakukan hal itu sama dengan menyiratkan bahwa tindakan pelaku baik-baik saja.

Lanjutnya, Amy menjelaskan untuk jangan terlibat (don’t engage) dalam diskusi. Bila ada yang ingin disampaikan, kamu bisa berbicara dengannya saat situasi sudah tenang.

Tak hanya itu, Amy pun menyarankan untuk hindari (avoid) mengambil kesalahan untuk menenangkan si pelaku ketika itu bukan salahmu.

Menurutnya, mengkompromikan diri sendiri akan melemahkan harga diri dan membuat diri menjadi rentan terhadap serangan emosional lainnya.

Terakhir, Amy mengatakan, kamu harus tahu (know) kapan mempraktikan sikap hangat kepadanya. Menurut Amy, kamu perlu memahami bahwa pasanganmu bisa saja memiliki kondisi psikologis serius yang kemungkinan berkembang dari pengalaman masa kecilnya.

Itulah rangkuman informasi tentang victim blaming dalam hubungan. Semoga saja, fenomena ini tidak pernah terjadi di dalam kehidupan rumah tanggamu, ya.

Baca juga:

The Latest