Ada kalanya, kamu kecewa dengan sikap atau perilaku anggota keluarga. Sebelum berusaha mengomunikasikan kekecewaanmu atas perilakunya, kamu mungkin memerlukan waktu untuk menyendiri.
Tujuannya, untuk menenangkan diri dan mengelola emosi kecewa yang kuat. Sehingga, kamu tidak mengambil tindakan atas dorongan emosi saja.
Selama menyendiri dan merenung, kamu mungkin meluapkan isi hati dalam kata-kata sedih kehidupan keluarga.
Inilah beberapa contoh kata-kata sedih yang bisa mewakili perasaanmu:
- Tidak ada manusia yang sempurna, baik kamu maupun diriku. Namun, membenarkan perilaku buruk terus-menerus bukankah tanda ketidakdewasaan? Mengapa kamu tidak memiliki kemampuan belajar dan berbenah diri?
- Aku tidak sadar sampai kapan, tapi semua perasaanku masih tentang sikap dan perilakumu yang membuatku terluka.
- Sejujurnya, aku sangat kecewa melihatmu bersikap seolah tidak terjadi apa-apa setelah kata-kata jahat keluar dari bibirmu. Apakah aku memang anak yang seburuk itu?
- Mengapa orang mudah sekali menghakimi seseorang sebagai anak durhaka, tapi meminggirkan kemungkinan bahwa orang tua juga bisa durhaka?
- Orang bilang darah lebih kental dari air. Namun, sering kali aku hanya butuh air dalam hidup ini. Darah tak selamanya dibutuhkan seseorang.
- Terkadang, perkataan orang memang benar bahwa tidak semua rumah adalah tempat pulang.
- Sampai kesabaran ini terus menjadi alasan untuk bertahan di kondisi yang sebenarnya sudah sangat menyakitkan?
- Aku kadang bertanya-tanya, "Apakah orang tua memang mengasihiku meski penuh kekurangan dan tak seistimewa anak orang lain?"
- Menjadi orang tua memang butuh keberanian untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan.
- Kesadaran tanpa kewarasan adalah jebakan yang menyebabkan seseorang salah mengambil keputusan. Apakah sekarang aku juga sudah keliru mengambil tindakan?
- Saat ini, aku hanya bisa percaya pada diri sendiri. Ketika sedih, akulah yang pertama harus memeluk diri ini dengan penuh kasih dan kelembutan. Aku tidak bisa menggantungkan rasa cinta pada orang lain, termasuk keluarga.
- Selama ini, aku hanya berusaha tegar di rumah, di depan keluarga. Aku tidak ingin menunjukkan sisi-sisi lemah pada mereka bila akhirnya hanya akan dihakimi.
- Ada keinginan yang besar untuk memanggilmu seperti anggota keluarga lain. Namun, ada kekecewaan yang amat dalam sehingga aku tidak ingin melakukannya lagi.
- Pengabaianmu menjadi luka sepanjang hidup dan aku tidak tahu harus menyembuhkannya dengan cara apa lagi.
- Meskipun berat, aku berusaha keras tidak melakukan hal buruk seperti kamu memperlakukanku dengan buruk. Mengapa? Aku tidak ingin tumbuh menjadi orang jahat.
- Aku tidak tahu sampai kapan menahan semua ini. Namun, rasanya begitu menyesakkan dan menyakitkan. Rasanya seperti bernapas dalam air laut yang sunyi dan dalam.
- Betapa sulit menerima keluarga yang tak utuh ini. Sementara aku sangat ingin merasakan keluarga hangat yang utuh seperti orang lain.
- Bagaimana caranya aku menghadapi kenyataan bahwa keluarga ini menjadi sumber kecewa dan luka yang mendalam?
- Apabila kecewaku dapat diabaikan dengan mudah, apakah kita bisa disebut keluarga? Kita tidak bisa menghadirkan diri sebagai sosok penenang satu sama lain.