Instagram.com/ranforyourlife
Lelah hati ini menghadapi tanya
(Kapan? Kapan?)
Kapan kau beranjak ke jenjang berikutnya?
(Kapan? Kapan?)
Pada bait lirik di atas menggambarkan kelelahan emosional yang dirasakan oleh sang tokoh utama setiap kali mendapat pertanyaan kapan menikah. Pertanyaan ini mengesankan seolah ada ekspektasi untuk segera melanjutkan ke fase berikutnya dalam hidup.
Bosan aku mendengar pertanyaan yang sama
Di mana pun aku berada
Tiada habisnya
Pada bait lirik di atas menggambarkan bahwa ia merasa begitu terganggu atas pertanyaan kapan menikah. Bahkan pertanyaan itu tidak hanya muncul dari satu orang, tetapi diulang-ulang oleh banyak pihak di berbagai kesempatan. Ia merasa tidak pernah mendapatkan jeda dari pertanyaan ini.
Sudahlah, jangan tanya-tanya lagi (Kapan? Kapan?)
Menikah itu setepatnya bukan secepatnya
Tak apa bila belum waktunya
Pada bait lirik di atas menggambarkan bahwa ia menyatakan jika pernikahan itu adalah sesuatu yang lebih baik dilakukan pada saat yang tepat (dengan kesiapan emosional, fisik, dan mental) daripada sekadar memenuhi ekspektasi waktu. Pesan ini mengajarkan agar pernikahan tidak terburu-buru demi memenuhi tekanan dari luar.
Oh, biar hati ini tentukan lini masa
Bukankah semua indah pada waktunya?
Pada bait lirik di atas mengandung keyakinan bahwa segala sesuatu akan berjalan baik sesuai dengan waktunya, dan keputusan seperti pernikahan sebaiknya dibiarkan datang dengan alami tanpa paksaan.
(Kapan kau beranjak ke jenjang berikutnya?)
(Mama ingin cucu, jangan tunggu Papa)
(Dimakan usia, jadi bergegaslah)
(Tunggu apa lagi? Kapan? Kapan?)
Pada bait lirik di atas menggambarkan bahwa ia mendengar suara-suara desakan dari orang-orang di sekitarnya yang memiliki harapan pribadi (seperti orangtua ingin segera punya cucu). Ini menggambarkan bentuk-bentuk tekanan sosial yang sering dihadapi seseorang dalam urusan pernikahan.
Oh sudahlah, jangan tanya-tanya lagi (Jangan tanya-tanya, jangan tanya lagi)
Tenanglah, menikah itu setepatnya bukan secepatnya
Tak mengapa bila belum waktunya
Pada bait lirik di atas menggambarkan pesan dari dari tokoh utama bahwa menikah tidak perlu diburu-buru. Ada penegasan bahwa tidak apa-apa untuk menunggu hingga benar-benar siap.