Apakah dulu kau suka melihatnya di pagi hari
Tepat sebelum semua rasa kantuk hilang?
Apakah dulu kau mau repot-repot mengeringkan tirainya?
Dan jika kau melakukannya, apakah cahayanya membakar dengan terang?
Apakah dulu kau tertawa sambil menikmati segelas kopi yang dingin
Yang kau benci tapi akhirnya tetap kau minum juga?
Apakah dulu kau berhasil melewati temboknya, apakah kau sudah melihat semuanya?
Dan jika tidak, apakah kau berharap kau bisa melakukan itu suatu hari?
Aku tahu segalanya akan lebih mudah jika aku tidak bertanya
Aku tahu, aku tahu, aku tahu
Tapi segalanya juga akan lebih mudah jika dia bukan kekasih terakhirmu
Apakah dulu kau menyukai sentuhannya di malam hari?
Apakah dulu semua kepura-puraan itu membuatmu lupa?
Apakah dia terlihat tanpa beban saat mengenakan swetermu?
Dan apakah sekarang terasa berat saat melihatku sebagai gantinya?
Apakah dulu tanganmu memegang pinggangnya saat dia ceroboh?
Setelah minum beberapa Manhattan di Berlin
Apakah kau dulu menciumnya untuk ucapkan selamat malam, apakah kau dulu mengantarnya ke dalam?
Dan apakah kau berharap malam tidak pernah berakhir
Dan lagi
Aku tahu segalanya akan lebih mudah jika aku tidak bertanya
Aku tahu, aku tahu, aku tahu
Tapi segalanya juga akan lebih mudah jika dia bukan kekasih terakhirmu
Karena aku tidak tahu apakah aku bisa bersaing
Dengan bekas kepala kursi depan di Ford lama kau yang dimahkotai
Dan ceritanya terus berlanjut, kau menyalahkannya pada malam-malam yang sepi
Yang pernah dimulai
Tapi, jawablah pertanyaannya
Apakah kau menyukainya di pagi hari
Apakah dulu kau suka melihatnya di pagi hari
Tepat sebelum semua rasa kantuk hilang