5 Pelajaran Cinta dari Serial ‘My Lecturer My Husband’

Kira-kira pelajaran cinta apa saja yang bisa dipetik dari serial 'My Lecturer My Husband' ya, Ma?

9 Mei 2022

5 Pelajaran Cinta dari Serial ‘My Lecturer My Husband’
Instagram.com/prillylatuconsina96

'My Lecturer My Husband' merupakan serial drama yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Gitlicious. Drama ini dibintangi oleh Prilly Latuconsina dan Reza Rahadian yang berperan sebagai pasangan suami istri.

Sukses dengan season pertama, 'My Lecturer My Husband' akan kembali menghibur orang dengan season duanya. Para aktris dan aktor serta segenap kru telah merampungkan proyek shooting untuk season dua ini pada akhir tahun lalu.

Sambil menunggu season dua mengudara, ketahui dulu 5 pelajaran cinta dari serial 'My Lecturer My Husband' yang telah Popmama.com rangkum berikut.

Disimak ya, Ma!

1. Pacar akan kalah dengan jodoh

1. Pacar akan kalah jodoh
Instagram.com/prillylatuconsina96

'My Lecturer My Husband' mengisahkan tentang tokoh Inggit (Prilly Latuconsina) yang dijodohkan dengan dosennya sendiri di kampus, yakni Arya (Reza Rahadian). Arya adalah tipikal dosen yang tak disukai banyak mahasiswa karena sikapnya yang tegas.

Inggit pun sering merasa kesal dengan sikap Arya, dan sering mengeluhkan soal dosennya itu pada kekasihnya, Tristan (Kevin Ardilova). Tristan adalah seorang kekasih yang suportif dan selalu ada untuk Inggit. Tak heran keduanya sering menghabiskan waktu bersama, layaknya pasangan lain.

Namun, apalah daya jika bukan jodoh. Ketika sang Papa jatuh sakit, Inggit harus menerima takdir menikah dengan dosennya, yakni Arya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi keinginan sang Papa yang mau menyaksikan Inggit, anak semata wayangnya, menikah sebelum ajal menjemputnya.

Cerita ini menegaskan bahwa seberapa cinta seseorang dengan pacarnya, maka pacarnya itu akan kalah dengan jodoh yang memang sudah ditakdirkan untuknya.

Tristan, meski dia adalah kekasih yang baik, namun waktu menjadikannya belum siap untuk menikahi Inggit. Mau atau tidak, Inggit harus menjalani kenyataan agar tak membuat papanya bersedih.

Editors' Pick

2. Rasa benci bisa menjadi cinta

2. Rasa benci bisa menjadi cinta
Instagram.com/prillylatuconsina96

Sebagai seseorang yang sudah memiliki kekasih hati, perjodohan tentu membuat Inggit kesal dan benci.

Pasalnya, bukan tidak berkeinginan untuk menikah, Inggit hanya merasa belum siap dengan kehidupan pernikahan, termasuk juga kekasihnya, Tristan. Keduanya juga belum menyelesaikan urusan pendidikan masing-masing.

Setelah menikah dengan Arya, Inggit menjalani hari-harinya dengan setengah hati. Dia pun selalu berusaha untuk membuat Arya jauh darinya. Bahkan mereka tidak ada di kamar yang sama selama tinggal satu rumah.

Lambat laun, rasa benci di diri Inggit mulai menghilang. Dia mulai mengenal sisi dari sosok Arya yang tak diketahuinya selama berstatus sebagai dosen dan mahasiswa.

Pelajaran ini seakan-akan ingin mengungkapkan bahwa rasa benci sekalipun bisa menjadi rasa cinta.

3. Cinta datang karena terbiasa

3. Cinta datang karena terbiasa
Instagram.com/prillylatuconsina96

Di balik label dosen killer yang dimilikinya, Arya ternyata adalah sosok yang perhatian dan amat bertanggung jawab. Hal ini terlihat setelah dia menikah dengan Inggit. Arya selalu berupaya untuk menjadi suami yang baik untuk Inggit.

Dari yang mulanya Inggit memasang dinding tebal untuk Arya, karena perhatian dan sikap hangat Arya, dinding itu pun perlahan mulai hancur. Perlahan tapi pasti, benih-benih cinta mulai muncul di diri Inggit.

Ini membuktikan bahwa cinta biasanya datang karena telah terbiasa. Inggit yang biasa tinggal satu atap dengan Arya, bertemu dengan Arya selama 24 jam. Ia mendapatkan perhatian-perhatian berarti dari Arya, akhirnya bisa luluh dan melabuhkan hati pada dosennya itu.

4. Jalan hidup itu sudah pasti

4. Jalan hidup itu sudah pasti
Instagram.com/mylecturermyhusband

Saat Inggit mendengar keinginan sang Papa untuk segera menikah dan bahkan telah menyiapkan calon suami untuknya, Inggit langsung menolaknya. Ia mengungkapkan fakta bahwa ia sebenarnya telah memiliki kekasih di Jakarta.

Inggit pun menghubungi Tristan atas permintaan papanya untuk menanyakan kesanggupan Tristan untuk segera menikahi Inggit. Namun, Tristan enggan untuk datang ke Jogja menemui Papa Inggit. Ia merasa belum siap dan masih ingin menyelesaikan pendidikannya.

Prinsip Tristan pun tak bisa disalahkan. Dengan kondisinya yang belum cukup mapan, keputusan untuk menikah mungkin menjadi beban bagi Tristan. Ibaratnya, menghidupi diri sendiri saja masih susah, apalagi menghidupi orang lain.

Dari sini, penonton bisa tahu bahwa jalan hidup itu sudah pasti. Inggit memang ditakdirkan menikah dengan Arya, sementara Tristan diberikan kesempatan untuk menempuh perjalanan panjang kelak sebelum menikah dengan seseorang.

Jadi, tak perlu risau dengan jodoh yang termasuk bagian dari jalan hidup yang pasti itu. Selalu ada jalan untuk jodoh, meski perjalanannya harus diimbangi dengan kesabaran.

5. Perjodohan tidak selalu buruk

5. Perjodohan tidak selalu buruk
Instagram.com/prillylatuconsina96

Mama mungkin sering mendengar istilah perjodohan di sekitar yang dianggap sebagai suatu yang tak baik. Biasanya, alasan anggapan ini ialah karena menikah hakikatnya adalah urusan laki-laki dan perempuan yang memutuskan untuk menikah, bukan karena perintah atau paksaan orang lain.

Namun, tidak sedikit juga yang mengaku bersyukur karena telah dijodohkan. Mereka sebagai pasangan mungkin ada perasaan bahwa ia adalah jodoh yang tepat. Hal ini juga menjadi salah satu pelajaran cinta yang dipetik dari 'My Lecturer My Husband'.

Inggit, yang awalnya menentang rencana perjodohan Papanya dengan Arya, pada akhirnya merasa jatuh cinta pada suaminya itu. Tentunya ini juga didukung dengan fakta bahwa Arya adalah orang pilihan Papa Inggit, yang sebelumnya memang sudah dikenal baik dan bertanggungjawab.

Nah, itulah beberapa pelajaran cinta dari serial 'My Lecturer My Husband'. Bagaimana, Ma? Apakah sudah berencana untuk menonton season 2 dari serial ini?

Baca juga:

The Latest