Sering sekali banyak orang yang heran kenapa banyak perempuan bertahan menjalin hubungan dengan seseorang yang telah melakukan kekerasan kepada dirinya. Bahkan, sebagian dari korban memilih untuk melindungi pelaku meski mereka sadar hubungan tersebut tidak sehat.
Keluar dari hubungan toxic tidak semudah seperti Mama berjalan keluar dari pintu. Seiring berjalannya waktu, banyak berbagai kekhawatiran muncul dalam benak, seperti tentang berpikir di mana tempat untuk tinggal setelah hubungan berakhir, cara menghidupi diri sendiri, atau bahkan merasa terikat sehingga tidak dapat melepaskan diri dengan pasangan.
Keterikatan emosional ini yang disebut sebagai trauma bonding atau ikatan trauma. Beberapa trauma kekerasan mungkin menciptakan perasaan kuat yang sulit banyak orang pahami, terutama ketika pelaku kekerasan masih memberikan perhatian dan kasih sayang sebagai bukti dari rasa penyesalan.
Ketika pasangan mulai melakukan kekerasan, mungkin awalnya Mama akan terkejut. Setelah itu, pasangan akan meminta maaf, bersumpah untuk berubah, atau bersikeras mengatakan bahwa saat itu dia hanya sedang kesal.
Mirisnya, upaya manipulasi ini sering berhasil terjadi dalam kehidupan rumah tangga banyak orang. Sebab, korban percaya bahwa pasangan mereka bisa kembali seperti dulu.
Mengingat pentingnyapermasalahan ini, berikut Popmama.com telah menyiapkan ulasan terkait perbedaan trauma bonding dengan kasih sayang sesungguhnya dalam suatu hubungan dikutip dari unggahan InstaStory akun @candacevandell.
