Victim blaming merupakan perilaku menyalahkan korban terhadap peristiwa yang menimpa dirinya sendiri. Perilaku ini bahkan bisa saja dilakukan oleh seseorang tanpa disadari.
Tidak banyak yang tahu, victim blaming ternyata dapat menyebabkan pihak korban menjadi merasa tidak berdaya, sendirian, dan diam tentang kekerasan yang dialaminya.
Melalui unggahan di Instagram, Zoya Amirin menjelaskan bahwa melakukan victim blaming sama saja melanggengkan adanya budaya kekerasan. Ia juga membagikan dua cara paling ampuh menurutnya untuk mencegah terjadinya kekerasan.
"Ketika kamu melakukan victim blaming dalam kasus seperti ini, sama saja kamu melanggengkan budaya kekerasan pada pacaran (dalam bentuk ekstrem termasuk bagian rape culture) dan membuat korban tidak mau melapor, takut atau enggan mengakses bantuan," tulisnya.
"Jadi cara paling ampuh mencegah kekerasan dalam pacaran (atau bentuk kekerasan seksual apa pun): 1. Jangan jadi pelaku; 2. Stop victim blaming," lanjut Zoya.
Victim blaming memang bisa terjadi tanpa disadari, namun perilaku tersebut dapat dihentikan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan perilaku victim blaming ialah dengan percaya dan memahami akan dampak kekerasan yang dialami korban.
Selain itu, cermati pula sebaik mungkin saat berada di posisi yang sama dengan korban. Dengan demikian, kita akan memahami apa yang dirasakan oleh korban saat itu.
Jadi itulah rangkuman beberapa fakta tentang seorang laki-laki di Makassar yang tega aniaya kekasihnya sendiri.
Hal yang saat ini sedang dihadapi oleh korban tentu bukanlah situasi yang mudah untuk dihadapi oleh siapa pun. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang kembali ya, Ma.