5 Puisi Cinta Karya Buya Hamka, Penuh Makna Mendalam

Rasa cinta juga bisa ditujukan kepada Sang Pencipta

9 Februari 2024

5 Puisi Cinta Karya Buya Hamka, Penuh Makna Mendalam
Pexels/Lisa

Sosok Abdul Malik Karim Amrullah mungkin terdengar asing ya, Ma? Namun, jika menyebutnya sebagai Buya Hamka, pasti namanya seperti sudah pernah didengar karena tulisannya begitu populer.

Namanya besar dan terkenal di Indonesia berkat buku-buku yang sudah diterbitkan, termasuk tulisan populer seperti puisi yang pernah ia tulis.

Sepanjang hidupnya, Hamka dikenal sebagai sosok ulama bersar yang selalu membela Islam, serta tak pandang bulu dalam hal akidah.

Nah, jika Mama ingin menikmati puisi cinta karya Buya Hamka, terutama yang sarat akan makna, berikut sudah Popmama.com kumpulkan.

Yuk Ma, disimak!

1. Hanya hati

1. Ha hati
Pexels/Pixabay

Gajiku kecil

pencaharian lain tak ada

kicuh buku aku tak tahu

korupsi aku tak mahir

kerniaga aku tak pandai

 

Kau minta permadani

padaku hanya tikar pandan

tempat berbaring tidur seorang

kau minta tas atom

padaku hanya kampir matur

kau minta rumah indah perabit cukup

lihatlah! Gubukku tiris

kau minta kereta bagus

aku hanya orang kecil

apa dayaku

kekayaanku hanya satu, dik

 

Hati

hati yang luas tak bertepi

cinta yang dalam tak terajuk

Editors' Pick

2. Biar mati badanku kini

2. Biar mati badanku kini
Pixabay/mohamed_hassan

Biar mati badanku kini

Payah benar menempuh hidup

 

Hanya khayal sepanjang hidup

Biar muram pusaraku sunyi

 

Cucuk kerah pudingnya redup

Lebih nyaman tidur di kubur

3. Roda pedati

3. Roda pedati
Pixabay/chidioc

Nasib makhluk adalah laksana roda pedati

Ia turun dan ia naik, silih berganti

 

Demikian kehendak Tuhan Rabbul Izzati

kita menunggu kadar,

kita berharap dan menanti...

4. Hati Sanubari

4. Hati Sanubari
Pexels/Pixabay

Biarkanlah saya menyebut apa yang terasa;

kemudian tuan bebas memberi saya nama

dengan apa yang tuan sukai;

 

Saya adalah pemberi maaf,

dan perangai saya adalah mudah, tidak sulit.

 

Cuma rasa hati sanubari itu

tidaklah dapat saya menjualnya;

katakanlah kepadaku, demi Tuhan.

adakah rasa hati sanubari itu bisa dijual?

5. Nikmat Hidup

5. Nikmat Hidup
unsplash/afiq fatah

Setelah diri bertambah besar

ditempat ketjil tak muat lagi

setelah harga bertambah tinggi

orang pun segan datang menawar

rumit beredar ditempat ketjil

kerap bertemu kawan jang tjulas

laksana ombak didalam gelas

diri merasa bagai terpentjil

 

Walaupun musnah harta dan benda

harga diri djanganlah djatuh

binaan pertama walaupun runtuh

kerdja jang baru mulailah pula

pahlawan budi tak pernah nganggur

khidmat hidup sambung bersambung

kadang turun kadang membubung

sampai istirahat diliang kubur

 

Tahan haus, tahanlah lapar

bertemu sulit hendaklah tentang

memohon-mohon djadikan pantang

dari mengemis biar terkapar

hanya dua tempat bertanja

pertama Tuhan, kedua hati

dari mulai hidup sampaipun mati

timbangan insan tidaklah sama

 

Hanja sekali singgah ke’alam

sesudah mati tak balik lagi

baru ‘rang tahu siapa diri

setelah tidur dikubur kelam

selama nampak tubuh djasmani

gelanggang malaikat bersama setan

ada pudjian ada tjelaan

lulus udjian siapa berani

 

Djika hartamu sudah tak ada

belumlah engkau bernama rugi

djika berani tak ada lagi

separo kekajaan porak poranda

musnah segala apa yang ada

djikalau djatuh martabat diri

wadjahpun muram hilanglah sari

ratapan batin dosa namanja

 

Djikalau dasar budimu tjulas

tidaklah berobah karena pangkat

bertambah tinggi djendjang ditingkat

perangai asal bertambah djelas

tatkala engkau mendjadi palu

beranilah memukul habis-habisan

tiba giliran djadi landasan

tahanlah pukulan biar bertalu

 

Ada nasehat saja terima

menjatakan pikiran baik berhenti

sebab ‘lah banjak orang jang bentji

supaja engkau aman sentosa”

menahan pikiran aku tak mungkin

menumpul kalam aku tak kuasa

merdeka berpikir gagah perkasa

berani menjebut, jang aku jakin

 

Tjelalah saja, makilah saja

akan kusambut bertabah hati

ada jang suka, ada jang bentji

hiasan hidup di’alam maja

kalaulah timbul tengkar-bertengkar

antara jang bentji dengan jang sajang

itulah alamat sudah membajang

kewadjiban hidup telah kubajar

 

Wahai diriku teruslah madju

ditengah djalan djangan berhenti

sebelum adjal, djanganlah mati

keridhaan Allah, itulah tudju

Jika menghitung kecintaan Allah kepada umatnya, mungkin tidak akan tergambarkan, karena saking banyaknya dan tak terhingga.

Inilah yang diungkapkan Buya Hamka dalam setiap puisinya, terutama tentang menyanjung keesaan Allah.

Semoga Mama bisa menikmati beberapa puisi karya Buya Hamka serta mengambil setiap hikmah dari apa yang terjadi.

Baca juga:

The Latest