Hyper parenting adalah sebuah penerapan pola asuh yang seringkali dilakukan di luar kontrol, meskipun orangtua memiliki tujuan agar anak-anaknya bisa memiliki pencapaian terbaik. Dalam pola pengasuhan hyper parenting, orangtua hanya ingin anaknya terlihat sempurna dan dituntut sukses tanpa memikirkan perasaan anak.
Padahal tuntutan dengan terus menganggap anak dapat menganggu kesehatan mentalnya. Tanpa disadari hyper parenting yang dilakukan pada anak-anak yang sudah sekolah dapat membuat mereka tidak bebas bermain karena waktunya dihabiskan untuk les serta kegiatan tambahan lainnya.
Sama seperti pola asuh lainnya tipe hyper parenting pun memiliki ciri-ciri tersendiri, seperti:
- Orangtua memiliki rasa cemas berlebihan terhadap sesuatu yang sedang dialami oleh anaknya. Dalam tipe ini, orangtua seolah ingin selalu memastikan si Kecil tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dilarang olehnya.
- Orangtua sangat detail seperti harus mengetahui dan memastikan kondisi anak-anaknya setiap saat.
- Orangtua mudah sekali frustasi dan menganggap dirinya gagal dalam mendidik ketika perkembangan anaknya tidak sesuai keinginan.
- Orangtua seringkali berperilaku tidak masuk akal dengan meminta anak melakukan berbagai kegiatan tanpa melihat kondisi tubuhnya.
Dengan berbagai perilaku yang diperlihatkan orangtua melalui hyper parenting, tanpa disadari pelan-pelan dapat mengganggu perkembangan anak. Perlu diketahui bahwa hyper parenting yang dilakukan orangtua dapat membuat anak merasa kelelahan secara emosi, sosial dan fisik.
Tak hanya itu, hyper parenting dapat meningkatkan depresi pada anak dan membuatnya kurang percaya diri setiap kali ingin berpendapat. Sebelum hyper parenting terus terjadi dan berdampak buruk, maka perkembangan anak semakin lama akan terganggu.
Untuk mengatasi penerapan hyper parenting agar tidak terjadi di rumah, kali ini telah merangkumnya Popmama.com beberapa tipsnya. Semoga bisa membantu ya, Ma.