5 Hal yang Bisa Ditiru dari Orangtua Skandinavia saat Membesarkan Anak

Hal ini membuat negara-negara Skandinavia dapat peringkat terbaik dalam membesarkan anak

18 Juni 2021

5 Hal Bisa Ditiru dari Orangtua Skandinavia saat Membesarkan Anak
Freepik/prostooleh

Berdasarkan laporan tahunan Best Countries Report yang dilakukan oleh US News & World Report dan Wharton School dari University of Pennsylvania, negara-negara Skandinavia menempati urutan atas di antara negara-negara terbaik di dunia untuk membesarkan anak.

Deidre McPhillips, editor data senior di US News & World report, mengatakan bahwa negara seperti Denmark, Norwegia, dan Swedia, dermawan memberikan cuti melahirkan dan cuti ayah, preschool gratis, serta sistem pendidikan publik yang baik secara keseluruhan.

Nah, Mama tentu ingin membesarkan si Kecil dengan baik dan bahagia, bukan?

Ada 5 hal yang bisa ditiru dari orangtua Skandinavia saat membesarkan anak. Apa saja? Popmama.com akan memberi jawabannya khusus untuk Mama, di bawah ini.

1. Membiarkan anak banyak bermain dan tidak buru-buru mengajarkan baca tulis

1. Membiarkan anak banyak bermain tidak buru-buru mengajarkan baca tulis
Freepik/prostooleh

Lupakan flashcard, kata-kata di dinding, dan persiapan masuk TK. Orangtua Skandinavia mengharapkan satu hal yang utama dari anak-anaknya pada tahun-tahun awal pertumbuhan, yaitu menghabiskan waktu sebanyak mungkin untuk bermain.

Anak-anak Skandinavia punya kesempatan untuk melakukan hal itu karena sekolah formal baru dimulai pada usia 6 atau 7 tahun.

Kebanyakan orangtua dan guru preschool setuju bahwa anak-anak akan belajar apa yang perlu dipelajari ketika mereka siap. Juga, tidak ada tekanan untuk mengajar anak-anak cara membaca dan menulis sejak dini.

Penelitian telah menunjukkan bahwa pada usia 11 tahun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak-anak yang mulai belajar membaca pada usia 5 tahun dan mereka yang baru belajar pada usia 7tahun.

Mereka yang belajar tidak terburu-buru memiliki pemahaman isi buku lebih baik dan bersikap lebih positif terhadap membaca. Jadi, jangan terburu-buru mengajarkan akademis untuk si Kecil ya, Ma.

Editors' Pick

2. Tidak ada cuaca yang buruk, hanya pakaian yang mungkin belum sesuai

2. Tidak ada cuaca buruk, ha pakaian mungkin belum sesuai
Freepik/prostooleh

Di Indonesia, kebanyakan orangtua melarang anak-anaknya bermain keluar rumah saat hujan turun atau matahari panas menyengat. Berbeda dengan orangtua Skandinavia, mereka membebaskan anak-anaknya bermain di luar rumah apa pun cuacanya.

Hanya saja, pakaian yang digunakan harus disesuaikan dengan cuaca pada saat itu.

Jadi, bukan pemandangan asing di negara Skandinavia, jika ada orangtua yang mendorong stroller di jalanan saat cuaca sedingin es.

Begitu pula saat di preschool atau sekolah, para guru harus memastikan bahwa anak-anak berpakaian sesuai cuaca dan membawa mereka keluar untuk bermain dalam waktu yang cukup lama setiap hari.

Hasilnya, anak-anak jadi kurang rentan terhadap infeksi, dapat memiliki penglihatan yang lebih baik, tetap bugar, dan dipercaya bisa mengembangkan ketahanan.

3. Biarkan anak bermain di alam dan menjadi kotor

3. Biarkan anak bermain alam menjadi kotor
royaltots.sch.id

Jika Mama masih melarang anak-anak bermain kotor-kotoran di luar, pelan-pelan ubah kebiasaan itu. Biarkan mereka menggali tanah, menginjak lumpur, bermain masak-masakan dari tumbuhan liar, petualangan, dan hal lain yang biasa dilakukan anak-anak Skandinavia.

Bahkan, orangtua Skandinavia memberi semangat dan menghargai permainan yang membuat kotor. Hal itu, dianggap sebagai bagian penting dari masa kecil yang baik. Ditambah, bermanfaat bagi kesehatan anak-anak juga.

Membiarkan anak-anak menggali tanah, membuat mereka terkena bakteri sehat dan nantinya dapat membantu membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat, meningkatkan kesehatan usus, dan mengurangi risiko asma serta alergi.

4. Bebaskan anak mencoba banyak hal untuk belajar tanggung jawab

4. Bebaskan anak mencoba banyak hal belajar tanggung jawab
Freepik

Perasaan khawatir anak takut terjatuh hingga terluka, badan merah karena gatal-gatal, atau diare setelah bermain, membuat sebagian orangtua sedikit-sedikit melarang anaknya mencoba hal baru.

Sementara, di negara Skandinavia, anak-anak diberi kebebasan untuk memanjat pohon, menggunakan peralatan nyata (bukan mainan pretend play), bermain dengan api, dan berjalan ke taman bermain di lingkungan rumah mereka.

Hal tersebut dipercaya orangtua Skandinavia dapat membantu anak-anak belajar bagaimana menilai risiko, membuat keputusan yang baik, dan bertanggung jawab.

Jadi, ketika mereka berusia 9-10 tahun sudah bisa pergi dan pulang sekolah secara mandiri. Bisa dengan berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan angkutan umum.

5. Tidak memberikan disiplin fisik sebagai bentuk hukuman

5. Tidak memberikan disiplin fisik sebagai bentuk hukuman
freepik/phanuwatnandee

Swedia adalah negara pertama di dunia yang melarang pemukulan dan semua bentuk hukuman fisik lainnya pada 1979. Setelah itu, negara-negara tetangga, seperti Finlandia dan Norwegia segera mengikutinya.

Menurut situs resmi Swedia saat ini, menggunakan segala jenis disiplin fisik adalah konsep asing bagi orangtua Skandinavia.

Itulah, 5 hal yang bisa Mama pelajari dari orangtua Skandinavia dalam membesarkan anak. Tak perlu persis, Mama bisa menyesuaikannya dengan situasi di Indonesia dan kondisi anak-anak.

Bacajuga:

The Latest