Rekomendasi Pil KB untuk Diminum saat Pemulihan Pasca Persalinan
Tidak usah bingung, simak rekomendasi Pil KB berikut untuk diminum pasca melahirkan!
12 April 2023

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah melahirkan ada banyak hal yang harus dipersiapkan ya Ma? Mulai dari mempersiapkan segala sesuatu untuk mendukung proses menyusui, mempersiapkan diri dalam hal mengasuh bayi, hingga mempersiapkan diri kaitannya dengan mendukung proses pemulihan tubuh pasca bersalin.
Berbicara soal pemulihan tubuh pasca melahirkan, mungkin Mama sudah sering mendengar ada banyak rekomendasi yang bisa dilakukan Ibu. Mulai dari rekomendasi kegiatan olahraga, perawatan, konsumsi makanan, hingga suplementasi obat tertentu untuk mendukung proses pemulihan diri pasca persalinan, salah satu suplementasi yang dapat dikonsumsi pasca bersalin, ialah Pil KB.
Hal ini karena, konsumsi pil KB dapat mendukung Mama dalam hal memaksimalkan waktu bersama sang buah hati, tanpa kehadiran anak yang tidak direncanakan. Belum lagi, apabila beberapa kondisi ternyata menyebabkan Mama tidak bisa menyusui ASI kepada bayi, sehingga metode KB alami atau Amenorea laktasi tidak berlaku di Mama.
Oleh karenanya, berikut Popmama.com telah merangkumkan untuk Mama rekomendasi jenis pil KB yang dapat dikonsumsi pasca persalinan. Yuk, disimak!
1. Apa itu pil KB?
Pil KB adalah satu jenis pilihan metode kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah terjadinya kehamilan, disebut juga sebagai metode kontrasepsi oral atau metode kontrasepsi dalam bentuk sediaan obat yang diminum.
Menurut American Food and Drug Administration (FDA) dilansir dari healhtline.com, pil KB merupakan metode pengendalian kelahiran yang efektif dengan tingkat keberhasilan mencapai 91 persen atau dengan tingkat kegagalan hanya sekitar 9 persen.
Sebagai sebuah metode kontrasepsi, di dalam pil KB mengandung hormon yang berfungsi untuk mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi, atau pelepasan sel telur dari ovarium.
Selain itu, juga berperan dalam mengubah struktur lapisan rahim pada periode konsumsi obat, sehingga berperan dalam mencegah sel telur yang telah dibuahi untuk bisa menempel pada dinding rahim.
Pil ini biasanya tersedia dalam satu kemasan sebanyak 28 tablet sesuai dengan siklus 28 hari menstruasi, dimana cara penggunaannya adalah dengan mengonsumsi satu pil untuk setiap harinya pada waktu yang sama setiap hari.
Editors' Pick
2. Apa saja jenis pil KB?
Dilansir dari healthline.com, ada beberapa jenis pil KB yang dapat Mama konsumsi di rumah sesuai dengan kebutuhan Mama. Simak berikut ini!
- Pil kombinasi
Pil KB jenis ini mengandung bentuk sintetis dari hormon estrogen dan progesteron (disebut progestin), dimana estrogen berperan untuk mengontrol siklus menstruasi. Sedangkan, secara alami progesteron berperan dalam mempersiapkan rahim untuk kehamilan setelah ovulasi dengan menebalkan dinding rahim (endomertrium). Namun, kadar progesteron yang tinggi dalam pil KB ini berperan dalam mencegah ovulasi.
Disebut sebagai pil kombinasi, karena dalam satu stripnya, terdapat pil yang bersifat aktif, yang berarti mengandung hormon (sebagian besar), dan pil yang tidak aktif, yang berarti tidak mengandung hormon. Pil kombinasi juga bermanfaat untuk memberikan Mama perlindungan dari timbulnya jerawat, kehamilan ektopik, risiko kanker ovarium dan endometrium, dan lainnya
- Pil Progestin
Pil KB jenis ini hanya mengandung progestin (progesteron sintetis) tanpa estrogen. Jenis pil ini juga memiliki nama lain minipill.
Pil progestin ini bekerja dengan cara mengurangi perdarahan pada orang yang mengalami menstruasi yang berat. Pil ini dapat menjadi pilihan yang tepat bagi Mama yang tidak dapat mengonsumsi estrogen karena alasan kesehatan tertentu, seperti riwayat stroke, migrain, penyakit jantung, maupun lainnya.
Semua pil dalam strip obat ini bersifat aktif dan tidak ada pil yang tidak aktif. Konsumsi pil KB jenis progestin ini juga menjadi pilihan yang aman dan tepat bagi Mama yang tidak dapat mengonsumsi estrogen dalam jumlah berapapun, berusia lebih dari 35 tahun, memiliki riwayat penyakit pembekuan darah, ingin menyusui ASI.