Penyebab, Gejala dan Efek Persalinan yang Lewat dari Tanggal Perkiraan

Adakah cara yang bisa dilakukan untuk ‘memancing’ supaya si Kecil cepat lahir?

7 Juli 2019

Penyebab, Gejala Efek Persalinan Lewat dari Tanggal Perkiraan
Unsplash/Tim Bish

Saat Mama hamil dan diperiksa oleh dokter atau bidan, biasanya Mama akan dihitung kapan tanggal perkiraan persalinannya. Biasanya, tanggal perkiraan ini dihitung tepat saat usia kehamilan nantinya 40 minggu.

Untuk menentukan tanggal perkiraan persalinan, dokter akan menanyakan kapan tanggal hari pertama dari haid terakhir (HPHT) Mama.

Nanti akan dihitung sekitar 40 minggu atau 280 hari dari tanggal tersebut.

Jika sudah ditentukan tanggal perkiraannya, seringkali si Kecil belum juga menunjukkan tanda-tanda akan dilahirkan.

Jangan dulu khawatir, Ma. Pahami dulu penyebab dan efek dari persalinan yang lewat dari tanggal perkiraan. Berikut rangkuman informasinya dari Popmama.com:

1. Pahami kapan tanggal perkiraan lahir dihitung

1. Pahami kapan tanggal perkiraan lahir dihitung
Unsplash/Christian Bowen

Seperti disebutkan sebelumnya, menghitung tanggal perkiraan persalinan memerlukan informasi tanggal hari pertama haid terakhir Mama. Dari situ dokter bisa menghitung kapan tanggal perkiraan persalinan nantinya.

Selain itu, dokter juga bisa melakukan pemindaian ultrasound atau ultrasonografi (USG) untuk melihat seberapa besar janin. USG merupakan gelombang suara yang bergerak ke arah janin dan kembali dalam bentuk gambar untuk memperkirakan dimensi tubuhnya.

Aktivitas ini pada gilirannya turut membantu dokter dalam menghitung usia kehamilan dan memperkirakan tanggal persalinan.

Dilansir Parenting First Cry, secara umum bayi dilahirkan antara usia kehamilan minggu ke 37 hingga 40. Jika bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, maka ia tergolong sebagai bayi prematur. Namun jika bayi lahir dalam usia kehamilan di atas 42 minggu, kondisi ini bisa dianggap sebagai persalinan yang terlambat atau overdue pregnancy.

Editors' Pick

2. Penyebab persalinan lewat dari tanggal perkiraan

2. Penyebab persalinan lewat dari tanggal perkiraan
Unsplash/Natanael Melchor

Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab persalinan lewat dari tanggal perkiraan dokter. Ingat ya, Ma, terlambat di sini adalah lebih dari 2 minggu setelah tanggal perkiraan.

Salah satu penyebab dari persalinan lewat dari tanggal perkiraan adalah primigravida alias kehamilan anak. Pada momen ini, seringkali bayi masih sulit menemukan jalan lahir sehingga proses menuju persalinan pun cukup lama.

Riwayat persalinan yang juga lewat dari tanggal perkiraan sebelumnya bisa menjadi penyebab dari keterlambatan ini juga, Ma.

Faktor lain yakni kegemukan pada tubuh Mama. Kegemukan atau obesitas juga diketahui dapat membuat persalinan menjadi terlambat. Ini karena kelebihan berat badan diduga kuat dapat menghalangi respons tubuh terhadap persalinan.

Otot-otot rahim juga mungkin tidak berkontraksi seperti layaknya ibu hamil yang berat badannya dalam rentang normal. Posisi bayi yang sungsang juga bisa membuat persalinan menjadi terlambat.

3. Tanda dan gejala persalinan lewat dari tanggal perkiraan

3. Tanda gejala persalinan lewat dari tanggal perkiraan
Unsplash/Christian Bowen

Selain menghitung tanggal perkiraan dari dokter atau bidan, ada beberapa gejala yang mungkin Mama rasakan saat persalinan terlambat melewati tanggal perkiraan.

Beberapa gejala tersebut di antaranya perubahan elastisitas kulit. Biasanya jika persalinan lewat dari tanggal perkiraan, maka kulit di atas perut mungkin akan terlihat lebih keras dan sulit kembali ke tekstur normal, Ma.

Selain itu, sudah ada produksi air susu ibu (ASI) dari payudara Mama. Produksi ASI umumnya dimulai sewaktu bayi diperkirakan akan lahir dalam waktu yang normal. Awal produksi ASI dapat menjadi indikasi bahwa kehamilan sudah terlambat melebihi waktu yang seharusnya.

Tanda lain dari persalinan terlambat yang bisa diperiksa lebih lanjut oleh dokter di antaranya seperti ketidakmatangan serviks, mulai tampak ada perubahan warna kehijauan dari cairan ketuban alias mekonium dan fungsi plasenta mengalami penurunan.

4. Risiko dan efek samping dari persalinan yang terlambat

4. Risiko efek samping dari persalinan terlambat
Freepik/Pressfoto

Bayi yang terlambat lahir biasanya berukuran lebih besar dari yang seharusnya. Apabila persalinan dilakukan secara normal, bayi yang bertubuh besar dapat menyebabkan komplikasi persalinan pada Mama.

Salah satunya yakni risiko cedera lahir termasuk trauma pada otot-otot perineum, jaringan serviks atau vagina. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan serta masalah kemih seperti infeksi. Dengan demikian, untuk mencegah komplikasi, sebagian besar dokter kandungan lebih memilih bedah caesar pada kasus persalinan yang terlambat.

Sementara bagi bayi, kondisi ini juga turut memberikan risiko. Salah satunya yakni cedera waktu lahir, termasuk laserasi, kehilangan darah berlebih, dan komplikasi metabolisme.

Masalah akibat menghirup mekonium juga bisa dialami oleh bayi. Biasanya, bayi yang tidak sengaja menghirup mekonium berisiko mengalami komplikasi pernapasan seperti infeksi.

Cairan ketuban yang secara drastis berkurang setelah 42 minggu kehamilan pun dapat menyebabkan masalah seperti gangguan fungsi plasenta.

5. Perawatan dan pencegahan persalinan terlambat

5. Perawatan pencegahan persalinan terlambat
Freepik/Valeria_Aksakova

Jika Mama diketahui sudah mengalami persalinan yang melebihi tanggal perkiraan lebih dari dua minggu, dokter akan secara ketat memantau cardiotopograph (CTG) untuk memeriksa detak jantung bayi.

Profil biofisik bayi juga akan terus dipantau oleh dokter. Dalam tes ini, pemindaian USG secara teratur dilakukan dan fitur fisik tertentu dicatat. Misalnya seperti gerakan bayi, cairan ketuban, dan aktivitas napas bayi.

Nah, supaya persalinan terlambat yang melebihi tanggal perkiraan tidak terjadi, ada beberapa tips yang bisa dilakukan Mama, yaitu:

  • Rutin melakukan hubungan intim

Dikatakan bahwa orgasme dapat menyebabkan pelepasan oksitosin, misalnya setelah stimulasi puting. Hormon oksitosin inilah yang kemudian menyebabkan kontraksi rahim. Air mani dan sperma mengandung prostaglandin dalam jumlah tertentu, yang diyakini dapat membantu melunakkan leher rahim.

  • Banyak berjalan kaki

Aktif secara fisik juga dapat membantu melepaskan oksitosin yang membantu dalam memulai kontraksi. Salah satu aktivitas fisik yang bisa menjadi pilihan Mama adalah jalan kaki. Lakukan jalan kaki setidaknya 15 menit sehari ya, Ma. Tak perlu memaksakan diri melakukan terlalu lama jika dirasa sudah lelah.

Jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter apabila belum muncul tanda-tanda persalinan lebih dari tanggal perkiraan ya, Ma.

The Latest