5 Fakta Mengenai Asfiksia pada Bayi, Mama Baru Harus Tahu

Gejala asfiksia bisa terjadi sebelum, selama atau setelah lahir

4 Mei 2022

5 Fakta Mengenai Asfiksia Bayi, Mama Baru Harus Tahu
Pexels/Casey Clausen

Dalam beberapa kasus, sering kali bayi alami asfiksia. Dimana kondisinya kekurangan oksigen dan aliran darah ke otak. Bahwa asfiksia perinatal bisa terjadi pada periode sebelum, selama atau setelah proses kelahiran. Selain itu, asfiksia perinatal sendiri dapat mengakibatkan neurologis yang mendalam.

Dikutip dari Medicalnewstoday, nama lain untuk asfiksia lahir termasuk asfiksia perinatal dan asfiksia neonatus. Asfiksia lahir terjadi ketika bayi tidak menerima oksigen yang cukup saat lahir dan berpotensi menyebabkan kesulitan bernapas. 

Tanpa oksigen dan nutrisi, sel tidak dapat bekerja dengan baik. Selain itu agar lebih jelas, berikut Popmama.com berikan ulasan selengkapnya mengenai 5 fakta mengenai asfiksia pada bayi baru lahir:

1. Apa saja gejala asfiksia pada bayi baru lahir?

1. Apa saja gejala asfiksia bayi baru lahir
Pexels/Isaac Taylor

Biasanya bayi dengan kondisi asfiksia akan mengalami tanda dan gejala yang terjadi sebelum, selama atau setelah lahir. Dimana sebelum lahir, bayi mungkin memiliki detak jantung janin yang tidak normal atau tingkat pH darah rendah. Itu artinya menunjukkan kelebihan asam.

Salah satu tandanya, yakni kekurangan oksigen atau aliran darah. Dalam kasus yang parah, ini menyebabkan komplikasi serius dan bahkan mengancam jiwanya. Namun untuk memastikan, berikut gejala asfiksia pada bayi baru lahir yang perlu diketahui:

  • Warna kulit yang tidak biasa seperti kebiruan atau lebih terang dari biasanya.
  • Bayinya diam dan tidak menangis.
  • Detak jantung rendah.
  • Tonus otot lemah.
  • Refleks lemah.
  • Kurang bernafas atau kesulitan bernafas.
  • Cairan ketuban diwarnai dengan mekonium.
  • Kejang.
  • Sirkulasi yang buruk.
  • Bayi lemas atau lesu.
  • Tekanan darah rendah.
  • Kurang buang air kecil.
  • Pembekuan darah tidak normal.

Editors' Pick

2. Apa yang menyebabkan asfiksia saat bayi lahir?

2. Apa menyebabkan asfiksia saat bayi lahir
Pexels/Vidal Balielo Jr.

Ingatlah, asfiksia pada bayi baru lahir adalah kondisinya yang kehilangan oksigen dan kehilangan suplai darah ke bayi. Ini umumnya terjadi sesaat sebelum atau selama kelahiran. Bahkan menyumbang sekitar 6%-8% dari semua kasus cerebral palsy.

Namun perlu diketahui, ada kemungkinan berbagai faktor yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Beberapa diantaranya:

  • Prolaps tali pusat atau dimana komplikasi kelahiran terjadi ketika tali pusat meninggalkan serviks sebelum bayi.
  • Kompresi tali pusat.
  • Sindrom aspirasi mekonium yang terjadi ketika bayi menghirup campuran cairan ketuban dan mekonium, kotoran pertama mereka.
  • Kelahiran prematur, terutama bayi lahir sebelum 37 minggu. Paru-parunya mungkin belum sepenuhnya berkembang dan tidak dapat bernapas secara benar.
  • Terlalu sedikit oksigen dalam darah ibu sebelum atau selama kelahiran.
  • Masalah dengan plasenta terlalu cepat lepas dari rahim.
  • Infeksi serius pada ibu atau bayi.
  • Tekanan darah tinggi atau rendah pada sang ibu.
  • Jalan napas bayi tidak terbentuk dengan baik.
  • Jalan napas bayi tersumbat.
  • Sel darah bayi tidak dapat membawa oksigen yang cukup (anemia).

3. Cara mendiagnosis asfiksia pada bayi baru lahir?

3. Cara mendiagnosis asfiksia bayi baru lahir
Pexels/RODNAE Productions

Secara medis, saat bayi lahir dokter dan perawat akan memeriksa kondisinya dengan cermat dan memberikan peringkat angka dari 0 hingga 10. Dimana angka ini disebut skor Apgar yanh menilai warna kulit, detak jantung, tonus otot, refleks dan upaya pernapasan. Skor Apgar yang sangat rendah (0 hingga 3) berlangsung lebih dari 5 menit mungkin merupakan tanda asfiksia pada bayi baru lahir.

Dirilis dari Aboutkidshealth, diagnosis akan menjadi lebih lengkap dengan pemeriksaan yang lebih intensif yang berfokus pada struktur dan fungsi otak. Teknik diagnostik seperti USG kepala (HUS), computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI) bisa memberikan gambar yang mengungkapkan area otak yang telah terpengaruh. Sedangkan Elektroensefalogram (EEG) akan dilakukan untuk mengetahui jumlah dan kualitas aktivitas otak.

Bahkan tes tambahan juga dapat dilakukan, yakni lebih fokus pada respons sensorik bayi prematur. Termasuk tes pada pendengaran dan penglihatan. Tujuannya sendiri dapat memberikan indikasi bahwa telah atau belum terjadi kerusakan pada sel-sel di dalam otak sang bayi.

Tapi selain itu, dokter memeriksa bayi guna mendeteksi tanda-tanda lain dari kekurangan aliran darah atau oksigen. Berikut diantaranya:

  • Pernapasan tidak normal.
  • Sirkulasi darah yang buruk.
  • Kurang energi (letargi).
  • Tekanan darah rendah.
  • Tidak buang air kecil.
  • Kelainan pembekuan darah.

4. Apakah bayi bisa sembuh dari asfiksia?

4. Apakah bayi bisa sembuh dari asfiksia
Pexels/Marcin Jozwiak

Tentunya, sebagian ibu baru khawatir dan bertanya mengenai apakah bayinya bisa sembuh dari asfiksia atau tidak?

Bahwa bayi dengan asfiksia ringan atau sedang, biasanya ini dapat pulih sepenuhnya. Tapi jika sel tidak mendapatkan oksigen yang cukup untuk waktu lebih lama, bayi mungkin mengalami cedera permanen. Kondisinya mungkin mempengaruhi otak, jantung, paru-paru, ginjal, usus atau organ lainnya.

Dilansir dari Thevillarifirm.com, dalam kasus asfiksia paling ringan perlu mendapat perhatian medis segera. Bayi mungkin bergerak maju dan pulih tanpa komplikasi seumur hidup.  Namun terdapat efek jangka pendek dan jangka panjang dari asfiksia, dengan catatan apabila pengobatan ditunda terlalu lama atau tidak diberikan sama sekali.

5. Bagaimana perawatan khusus untuk bayi dengan asfiksia?

5. Bagaimana perawatan khusus bayi asfiksia
Pexels/Jonathan Borba

Sebenarnya asfiksia bayi baru lahir adalah kondisi kompleks yang sulit diprediksi atau dicegah. Namun perawatan segera penting untuk meminimalkan efek merusak dari penurunan oksigen pada bayi. Dimana jenis perawatan akan tergantung pada tingkat keparahan dan penyebab asfiksia saat lahir. 

Sementara perawatan segera jika bayi mengalami asfiksia ringan saat lahir, yaitu mendapatkan bantuan pernapasan. Ini agar sang bayi dapat bernapas secara cukup baik dengan sendirinya. Selain itu, perawatan khusus juga diberikan yang berdasarkan:

  • Usia bayi, kesehatan secara keseluruhan dan riwayat medis.
  • Tingkat keparahan kondisi bayi.
  • Toleransi bayi terhadap pengobatan, prosedur atau terapi tertentu.
  • Harapan untuk jalannya kondisi.

Bahkan dokter dan tim medis akan mengamati bayi secara lebih cermat untuk mencari tanda-tanda masalah. Apabila bayi dengan asfiksia yang lebih serius mungkin memerlukan:

  • Memberikan oksigen ekstra kepada orang hamil jika asfiksia lahir terjadi sebelum melahirkan.
  • Melakukan persalinan darurat atau caesar.
  • Menyedot cairan dari saluran udara dalam kasus sindrom aspirasi mekonium.
  • Menempatkan bayi baru lahir pada respirator.
  • Bantuan pernapasan dari mesin yang mengirimkan embusan udara kecil dan cepat ke paru-paru anak. Beberapa bayi mungkin memerlukan oksida nitrat melalui tabung pernapasan atau pompa jantung-paru untuk mendukung kehidupan.
  • Pendinginan tubuh (hipotermia).
  • Obat untuk mengontrol tekanan darah atau kejang.
  • Dukungan ginjal dengan dialisis.
  • Nutrisi intravena (IV) untuk memberi waktu usus mereka pulih.

Ma, demikianlah kelima fakta mengenai asfiksia pada bayi baru lahir. Mungkin sebuah mesin akan mengirimkan oksigen ke otak dan tubuh bayi sebagai penopang sementara.

Baca juga:

The Latest