Penanganan yang Tepat untuk Atonia Uteri setelah Proses Persalinan

Biasanya, atonia uteri memerlukan prodedur transfusi darah

15 Oktober 2021

Penanganan Tepat Atonia Uteri setelah Proses Persalinan
Pexels/MART PRODUCTION

Usai melakukan proses melahirkan, beberapa perempuan mengalami atonia uteri.

Atonia uteri adalah kondisi serius yang terjadi ketika rahim gagal berkontraksi setelah melahirkan bayi dan menyebabkan perdarahan postpartum.

Dilansir dari Verywellhealth, saat ada tanda-tanda perdarahan yang berlebihan dan rahim terasa lembek setelah melahirkan maka diagnosis atonia uteri sering ditegakkan.

Dalam hal itu, pasien perlu mendapatkan penanganan yang tepat untuk atonia uteri. Nah, berikut Popmama.com berikan rinciannya:

1. Mendapat infus cairan intra vena dan transfusi darah

1. Mendapat infus cairan intra vena transfusi darah
Pexels/Anna Shvets

Ketika seorang perempuan mengalami atonia uteri setelah tahap persalinan, maka penyebab paling umumnya adalah perdarahan postpartum.

Apabila menyebabkan jumlah sel darah merah rendah, konidisi ini pun perlu mendapat penanganan tepat agar cairan dan darah tidak terus berkurang.

Biasanya dokter akan sesegera mungkin memasang infus seperti cairan Intra Vena (IV) dan transfusi darah.

Infus dipasang terutama untuk memberikan obat penghenti perdarahan. Sedangkan transfusi darah diberikan guna menggantikan darah yang hilang.

Editors' Pick

2. Merangsang rahim dengan pijatan bersama obat-obatan

2. Merangsang rahim pijatan bersama obat-obatan
Pexels/Karolina Grabowska

Penanganan atonia uteri yang tepat selanjutnya adalah merangsang rahim untuk berkontraksi.

Bahkan termasuk menghentikan pendarahan dan mengganti volume darah yang hilang.

Biasanya, prosedur tersebut ditangani dengan pijatan manual pada rahim dan bersama obat-obatan untuk meningkatkan kontraksi rahim.

Jenis obat-obatan yang digunakan seperti:

  • Oksitosin
  • Methergin
  • Prostaglandin seperti Hemabate
  • Alkaloid ergot
  • Misoprostol

Dokter akan melakukan tindakan ini menggunakan satu tangan berada di dalam rahim dan tangan lain memijat rahim dari luar.

3. Tindakan embolisasi pembuluh darah rahim

3. Tindakan embolisasi pembuluh darah rahim
Pexels/Jonathan Borba

Dalam beberapa kasus, atonia uteri akan mendapat tindakan embolisasi pembuluh darah rahim.

Dikutip dari Hopkinsmedicine, embolisasi fibroid rahim mengecilkan fibroid dengan menghalangi suplai darah. Dokter menyuntikkan partikel yang sangat kecil seperti pasir ke dalam arteri yang memasok fibroid. 

Setelah metode suplai darah hilang, fibroid menyusut dan gejala biasanya mereda atau hilang seiring waktu. 

Mungkin pasien memerlukan sekitar 7-10 hari untuk pulih sepenuhnya. Tapi banyak juga yang mengalami kram ringan hingga parah selama beberapa hari setelah embolisasi fibroid rahim. 

4. Mempertimbangkan tindakan prosedur histerektomi

4. Mempertimbangkan tindakan prosedur histerektomi
Pexels/RODNAE Productions

Atonia uteri diperlakukan secara berbeda tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan komplikasi yang ada.  

Prosedur penangannya juga bisa dilakukan dengan cara histerektomi, yaitu operasi pengangkatan rahim.

Biasanya tindakan histerektomi dipertimbangkan setelah semua pendekatan pengobatan lain telah dicoba tanpa hasil.

Di mana ahli bedah melakukan salah satu dari 2 teknik histerektomi seperti operasi terbuka dan pembedahan menggunakan prosedur invasif minimal atau MIP.

Demikianlah penanganan atonia uteri setelah persalinan. Ada baiknya, setiap ibu hamil perlu berkonsultasi secara rutin dan memberikan riwayat kesehatannya.

Baca juga:

The Latest