Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik.com/ASphotofamily
Freepik.com/ASphotofamily

Teknologi reproduksi seperti bayi tabung atau IVF (in vitro fertilization) telah membawa harapan baru bagi banyak pasangan yang mendambakan momongan.

Namun, di balik kecanggihan prosedur medis ini, tetap ada risiko yang bisa berdampak besar secara emosional dan hukum.

Baru-baru ini, sebuah kejadian mengejutkan terjadi di Australia, ketika seorang Ibu melahirkan bayi yang ternyata bukan anak kandungnya sendiri, akibat kesalahan dalam proses IVF.

Seperti apa berita selengkapnya? Berikut Popmama.com rangkum kisah Ibu di Australia melahirkan bayi milik orang lain akibat kesalahan IVF.

1. Ibu di Australia melahirkan bayi dari embrio milik orang lain

Freepik.com/freepik

Seorang Ibu di Australia mengalami kejadian yang mengejutkan sekaligus memilukan, setelah ia melahirkan bayi hasil program IVF yang ternyata bukan anak biologisnya.

Dilansir dari ABC News pada Senin (14/4/2025), peristiwa langka ini terjadi karena adanya kesalahan laboratorium dalam proses transfer embrio, saat menjalani prosedur reproduksi berbantu atau in vitro fertilization (IVF). 

Alhasil, proses IVF yang seharusnya membantu pasangan memiliki keturunan justru berubah menjadi pengalaman traumatis, karena kelalaian identifikasi embrio. 

2. Klinik IVF akui ada kesalahan transfer embrio

Freepik.com/freepik

Kasus ini terjadi di klinik Monash IVF yang berlokasi di Melbourne. Investigasi internal klinik menunjukkan bahwa, kesalahan identifikasi embrio terjadi karena kelalaian dalam proses pemindahan.

Sebagai informasi, IVF adalah prosedur kompleks yang melibatkan pengambilan sel telur, pembuahan di luar tubuh, dan penanaman kembali embrio ke rahim.

Prosedur ini sangat bergantung pada akurasi dan pengelolaan data yang presisi, terutama saat menangani banyak pasangan dalam waktu bersamaan.

3. Kesalahan IVF memicu masalah psikologis

Freepik/Jcomp

Sayangnya, saat kesalahan itu terjadi, pihak klinik tidak langsung memberitahu sang Ibu tentang insiden tersebut. Baru setelah muncul kecurigaan, Ibu tersebut memutuskan untuk melakukan tes DNA terhadap bayi yang baru dilahirkannya.

Tes DNA menunjukkan hasil mengejutkan, di mana bayi yang ia kandung selama sembilan bulan ternyata bukan anak kandungnya sendiri. Ia pun mengalami tekanan emosional yang berat akibat kenyataan pahit tersebut.

Di sisi lain, kejadian ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang standar keamanan dan akurasi dalam prosedur fertilisasi buatan. Terutama dalam hal penanganan data dan sampel pasien yang jumlahnya banyak dan kompleks.

4. Berujung pada tuntutan hukum terhadap klinik IVF

freepik/freepik

Insiden ini berujung pada gugatan hukum dari Ibu tersebut terhadap pihak klinik. 

Dalam tuntutan hukum, ia menyebut bahwa dirinya merasa dikhianati dan mengalami masalah psikologis yang serius, karena kehilangan kesempatan menjadi ibu dari anak kandungnya sendiri.

Kuasa hukumnya menyebut kasus ini sebagai bentuk kelalaian medis yang luar biasa, serta meminta pertanggungjawaban atas kerugian emosional dan biologis yang tak tergantikan.

Hingga kini, pihak Monash IVF menyampaikan permintaan maaf, namun proses hukum tetap berjalan.

"Kami semua di Monash IVF sangat terpukul dan kami meminta maaf kepada semua pihak yang dirugikan. Kesalahan manusia rupanya terjadi, meskipun protokol keselamatan laboratorium telah diterapkan secara ketat," kata Michael Knaap, CEO Monash IVF dilansir dari ABC News

Tentunya peristiwa ini menjadi pengingat kita semua bahwa, teknologi dalam dunia medis tetap tidak luput dari risiko kesalahan. Diperlukan sistem pengawasan dan tanggung jawab etik yang tinggi dari pihak klinik fertilitas, agar kejadian memilukan seperti ini tidak terjadi lagi.

 

Editorial Team