Depresi Pascapersalinan Dapat Berlangsung 3 Tahun setelah Melahirkan

Para ahli mengatakan skrining PPD untuk ibu setelah tahun pertama mungkin diperlukan

18 November 2022

Depresi Pascapersalinan Dapat Berlangsung 3 Tahun setelah Melahirkan
Pexels/Mart Production

Kondisi psikologis mama setelah melahirkan sangat rapuh. Perubahan hormonal yang parah, adaptasi pada bayi, kewajiban dalam mengasuh, lingkungan yang tidak mendukung, dan faktor lainnya dapat dengan mudah memicu depresi pada Mama.

Menurut penelitian terbaru oleh National Institutes of Health (NIH), depresi ini bisa bertahan hingga tiga tahun setelah melahirkan lho. Para ahli mengatakan mungkin para mama perlu melakukan skrining PPD (depresi pascapartum) setelah tahun pertama persalinan.

Melansir dari Parents, hasil penelitian yang diterbitkan dalam "Journal of Pediatrics" serta melibatkan 5.000 perempuan, menemukan bahwa satu dari empat perempuan mengalami gejala depresi berat dalam waktu tiga tahun setelah melahirkan.

Jika Mama ingin mengetahui informasi lebih lengkap mengenai depresi pascapersalinan yang dapat berlangsung hingga tiga tahun setelah melahirkan, kali ini Popmama.com akan memberikan informasi lengkapnya mengenai studi tersebut!

1. Studi baru menunjukkan enam bulan belum cukup untuk mengukur gejala depresi pascapersalinan

1. Studi baru menunjukkan enam bulan belum cukup mengukur gejala depresi pascapersalinan
Freepik/cookie_studio

Postparum depression atau depresi pascapersalinan hampir dialami oleh semua perempuan setelah melahirkan. Studi terbaru bahkan menunjukkan bahwa kesedihan, keputusasaan, dan kecemasan yang intens di antara para mama bahkan bisa bertahan hingga tiga tahun setelah melahirkan.

National Institutes of Health (NIH) mengutip pedoman dari American Academy of Pediatrics bahwa depresi pascapersalinan akan berlanjut setelah jadwal skrining yang direkomendasikan. Oleh karena itu, dokter perlu melakukan skrining terhadap perempuan yang pernah mengalami depresi pascamelahirkan beberapa kali dalam waktu enam bulan setelah melahirkan.

"Studi kami menunjukkan bahwa enam bulan mungkin tak cukup lama untuk mengukur gejala depresi,“ kata Diane Putnick, Ph.D penulis utama dan staf ilmuwan di epidemiologi Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development (NICHD).

Menurut Putnick, data jangka panjang ini adalah kunci untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental mama. Karena kesehatan mental mama yang baik sangat penting dan akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Editors' Pick

2. Semua perempuan berisiko mengalami PPD

2. Semua perempuan berisiko mengalami PPD
Pinterest.com/Patrice Betford

Penelitian tersebut juga mengamati 5.000 perempuan dan menemukan sekitar 1 dari 4 perempuan memiliki gejala depresi tingkat tinggi di beberapa titik dalam tiga tahun setelah melahirkan

Pada saat yang sama, perempuan lain melaporkan tingkat depresi yang rendah dalam tiga tahun terakhir. Para perempuan ini dievaluasi melalui kuesioner dan tidak didiagnosis secara klinis sebagai bagian dari penelitian.

Selain itu, perempuan dengan gangguan mood atau diabetes gestasional (berkembang menjadi diabetes selama kehamilan) berisiko lebih tinggi mengalami peningkatan gejala depresi.

Tetapi penulis studi Putnick menyerukan studi yang lebih beragam. Para partisipan dalam penelitian ini sebagian besar adalah perempuan non-hispanik berkulit putih.

3. Skrining depresi pascapersalinan perlu dilakukan lebih lama

3. Skrining depresi pascapersalinan perlu dilakukan lebih lama
Unsplash/Claudia Wolff

Para peneliti mengatakan bahwa skrining untuk depresi pascapersalinan mungkin memakan waktu setidaknya dua tahun. Putnick menunjukkan bahwa bulan pertama setelah melahirkan adalah puncak depresi pascapersalinan. Para mama yang mengalami gejala depresi untuk pertama kalinya setelah dua tahun pasca melahirkan biasanya menderita depresi tanpa gejala awal.

"Satu-satunya perbedaan dalam kriteria diagnostik untuk episode depresi reguler dan deprei postpartum adalah kapan mulainya dan bukan kapan berakhirnya" kata Dr. Putnick.

4. Meminta bantuan kepada pihak lain

4. Meminta bantuan kepada pihak lain
freepik.com/romankosolapov

Kabar baiknya, depresi postpartum ini bisa diobati kapanpun jika terjadi. Mama hanya perlu datang ke penyedia layanan kesehatan seperti psikolog untuk membantu Mama menyelesaikan masalah depresi postpartum ini.

Mama tidak boleh ragu untuk menghubungi dokter atau penyedia layanan kesehatan jika memiliki perasaan ini. Hal terpenting yang harus diketahui bahwa Mama tidak sendiri dalam menjalani permasalahan ini. Selain itu, jangan merasa takut atau malu untuk menyampaikan gejala yang Mama alami kepada penyedia layanan kesehatan ya!

Itu dia Ma mengenai studi baru terkait depresi pascapersalinan yang bisa dialami setelah tiga tahun melahirkan. Mama harus tetap bahagia agar gangguan kesehatan ini tidak menghampiri mama ya. Namun, jangan ragu untuk meminta bantuan bila membutuhkan.

Baca juga:

The Latest