Pada minggu-minggu pertama setelah persalinan adalah periode kritis bagi seorang Mama baru dan bayi yang baru lahir. Selama periode inilah, seorang perempuan beradaptasi dengan berbagai perubahan yang dialami Mama pasca melahirkan, baik secara fisik, sosial, maupun psikologis.
Dalam masa tersebut, Mama sedang memulihkan diri dari persalinan, menyesuaikan diri dengan perubahan hormon, dan belajar merawat bayi yang baru lahir.
Kondisi inilah yang rentan menyebabkan seseorang mengalami depresi.
Meskipun depresi pasca melahirkan memang sangat umum, tetapi depresi ini bisa menghambat kemampuan Mama dalam merawat si Kecil dan semua pekerjaan Mama sehari-hari.
Antara 11 dan 20 persen perempuan di Amerika mengalami depresi pasca melahirkan karena mereka menyesuaikan hidup dengan bayi dan pasca kehamilan.
Dalam sebuah literatur menyebutkan bahwa kondisi tersebut bisa disebabkan karena terhambatnya perawatan pasca persalinan yang sering dilewatkan Mama baru.
Terlebih lagi, bahkan kurang dari separuh perempuan yang datang ke pemeriksaan pertamanya pasca melahirkan.
Padahal kurang tidur, kelelahan, dan kurangnya hasrat seksual juga perlu penanganan konseling yang tepat agar bisa diatasi.
Karena itu, saat ini pemeriksaan pasca melahirkan dianggap sebagai proses yang perlu dijalani semua perempuan yang baru melahirkan.
Tidak hanya satu pertemuan saja, bahkan bisa beberapa pertemuan, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu untuk meningkatkan kesehatan Mama dan si Kecil.