Nyata! Ini Penjelasan Ilmiah Melahirkan dalam Kubur atau Coffin Birth
Tak hanya di film, ternyata beranak dalam kubur benar-benar terjadi!
15 Desember 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama pernah menonton film horror yang berjudul "Beranak dalam Kubur"? Ya, fenomena yang satu ini ternyata bukan hanya terjadi di dalam film, namun bisa benar-benar terjadi pada ibu hamil, alias nyata!
Melahirkan dalam kubur atau Coffin Birth, ternyata dapat dijelaskan secara ilmiah dan bukanlah sesuatu yang mistis. Penasaran bagaimana penjelasannya?
Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa info menariknya!
1. Coffin Birth pernah terjadi di Italia
Pada 2010 ditemukan makam seorang perempuan yang dipercaya telah meninggal di abad ke-7 atau ke-8 di Bologna, Italia. Ada yang aneh dari tulang-belulang jasad perempuan tersebut. Ada sekelompok tulang kecil terletak di antara tulang kakinya.
Banyak yang menyangka kalau sang Ibu beranak dalam kubur. Kasus tersebut dicoba untuk diteliti oleh para ahli dari dua universitas di Italia. Penelitian tersebut dipublikasi di World Neurosurgery. Demikian dikutip dari Smithsonian Mag.
Para peneliti dari University of Ferrara dan University of Bologna memperkirakan perempuan yang diduga beranak dalam kubur itu berusia antara 25 dan 35 tahun.
Sedangkan janin, berdasarkan panjang tulang paha, adalah sekitar 38 minggu. Kehamilan jangka penuh adalah 40 minggu, jadi Ibu itu sangat dekat untuk melahirkan ketika dia meninggal.
Di dalam kubur, janin berada dalam posisi yang tidak biasa, kepala dan dada berada di antara pahanya, tetapi kakinya berada di rongga panggulnya, seolah-olah telah dikeluarkan sebagian.
Editors' Pick
2. Peneliti menyebutnya sebagai Coffin Birth
Dengan adanya penemuan tersebut, para peneliti memutuskan, konsisten dengan fenomena yang dikenal sebagai Coffin Birth.
"Serviks (leher rahim) seharusnya dalam posisi tak relaks setelah rigor mortis (pembengkakan tubuh usai meninggal) menghilang," ungkap dokter kandungan Jen Gunter kepada Forbes.
"Saya menduga bahwa yang terjadi adalah tekanan dari gas yang menumpuk, dan janin yang mati dihantarkan melalui rahim ke dalam vagina, karena vagina jauh lebih tipis daripada leher rahim. Seperti ditiup," ujar Gunter.