Belum lama ini kita membaca berita mengenai keguguran yang dialami oleh figur publik seperti Chrissy Teigen dan Meghan Markle.
Chrissy Teigen mengungkapkan bahwa ia telah mengalami apa yang hanya didengar oleh banyak orangtua, tetapi tidak pernah berharap untuk mengalami sendiri. Sekitar setengah dari masa kehamilannya, Teigen, yang menghabiskan satu bulan untuk istirahat di tempat tidur karena perdarahan dan dirawat di rumah sakit karena pendarahan terus menerus, mengalami keguguran. Chrissy dan John akhirnya mengalami tragedi kehilangan bayi yang diinginkan.
Faktanya, sekitar 20 persen kehamilan yang dikonfirmasi mengalami kegugura, dan beberapa ahli mengungkapkan bahwa jumlah keguguran secara keseluruhan mungkin jauh lebih tinggi. Biasanya karena kehamilan seringkali dapat berakhir bahkan sebelum seseorang mengetahui bahwa mereka hamil.
Chrissy Teigen dan Meghan Markle terbuka soal keguguran yang dialaminya. Padahal, banyak keguguran tidak dibahas karena terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan, yang seringkali bahkan berminggu-minggu sebelum orang mengungkapkan bahwa mereka hamil. Selain itu, tidak sedikit juga yang menutupi soal keguguran yang dialami. Salah satu alasannya mungkin tidak ingin terluka lebih dalam ketika membahasnya.
Mengapa kita tidak berbicara soal keguguran? Apakah membahasnya secara terbuka ini penting? Kali ini Popmama.com akan membahas soal pentingnya terbuka soal keguguran yang dialami.
