YouTube.com/tasya farasya
Ketika masih menyusui anaknya, Dwi Handa mengaku lebih memilih untuk melakukan direct breastfeeding (DBF) alias menyusui langsung dari payudara. Meski begitu, ia juga pernah melewati fase di mana anaknya suka sekali mengigit putingnya hingga berdarah.
"Aku memilih untuk nggak pumping. Ketika ada event dibatasin cuma bisa maksimal tiga jam, karena setelah itu harus nyusuin anak. Apalagi, ASI tiap tiga jam sekali lagi kenceng-kencengnya, jadi memang harus pulang. Anak full DBF karena nyaman. Ketika kerja, aku pun berkomitmen itu perlu dipertahanin," cerita Dwi Handayani.
Telah dikaruniai dua orang putri, Dwi Handa menyebut fase menyusui anak pertama terasa lebih menyakitkan. Bahkan, dirinya mengaku harus menahan rasa sakit dan nyaris depresi ketika melewati fase menyusui.
"Anak pertama nyusuinnya terasa lebih nyakitin, karena pas umur satu tahun dia nyusunya aja udah bercanda. Setiap dilepas, berasa habis dicakar Wolverine, berdarah-darah," ungkap Dwi Handayani menceritakan momen ketika menyusui anak pertama, Freya Kayonna Humaira.
"Aku hampir depresi disitu, pas keluar kamar aku teriak karena udah nggak kuat banget kan," tambahnya.
Beruntungnya, setelah itu Dwi Handa mendapat wejangan dari salah seorang temannya yang membuat dirinya tersadar. Ketika menyusui, hal terpenting adalah membuat Mama dan anak nyaman.
Jika direct breastfeeding terasa menyakitkan, maka Mama harus mencari alternatif lain yang membuat momen menyusui terasa menyenangkan.
"Aku memang sudah nyaman sama DBF. Meski sakit, awalnya aku tahan-tahan, lama-lama enak juga. Ada fasenya anak suka ngegigit, itu yang bikin repot, tapi nikmatin aja," lanjutnya.