Selain dari perdarahan, ada juga beberapa komplikasi lain dari atonia uteri yang perlu diperhatikan oleh Mama. Misalnya seperti pusing, tubuh terasa lemas, anemia dan tidak bisa beraktivitas.
Jangan anggap sepele, anemia atau kelelahan setelah kelahiran meningkatkan kemungkinan seorang ibu mengalami depresi pascapersalinan. Kehilangan darah yang tidak terkontrol dan berlebihan dari yang normal juga dapat menyebabkan syok hemoragik.
Bahkan jika kehilangan darah tidak dipantau dengan baik, situasi seperti ini juga bisa membahayakan nyawa Mama.
Tindakan pertama yang perlu dilakukan yakni menghentikan pendarahan dan mengganti darah yang telah hilang. Umumnya Mama akan diberikan cairan infus intravena (IV) dan transfusi darah jika perlu.
Perawatan lain termasuk pijat rahim, yakni dokter menempatkan satu tangan di vagina untuk mendorong rahim dengan tangan lainnya di atas dinding perut menekan rahim.
Obat-obatan juga mungkin akan diberikan, termasuk seperti oksitosin, metilergonovin, dan prostaglandin.
Dalam kasus di mana kondisinya parah, tindakan lain yang mungkin juga akan dilakukan yakni operasi untuk 'mengikat' pembuluh darah. Bisa juga dilakukan embolisasi arteri uteri atau uterine artery embolization, yakni dengan menyuntikkan partikel kecil ke dalam arteri uteri untuk menghambat aliran darah ke rahim.
Jika semua tindakan ini gagal, kemungkinan bisa juga dilakukan histerektomi atau pengangkatan rahim. Semua tindakan ini diputuskan oleh dokter berdasarkan situasi yang terjadi.
Demikian informasi penting tentang atonia uteri yang perlu Mama waspadai. Jangan ragu untuk berdiskusi dengan dokter juga tentang hal ini, ya.