Penyebab Suami Tampak Belum Siap Jadi Calon Papa

Suami belum siap jadi calon Papa? Bisa jadi ini sebabnya

7 April 2019

Penyebab Suami Tampak Belum Siap Jadi Calon Papa
Freepik/Katemangostar

Mama begitu bersemangat saat mendapatkan dua garis pada test pack. Nggak sabar rasanya memberi tahu pada suami, si calon papa soal kabar gembira ini.

Namun, ketika Mama memberikan hasilnya, reaksi suami tak sesuai harapan dan mengejutkan. Ia terlihat biasa saja, nggak antusias, atau malah cuma berkata “Oh.”

Rasanya pasti sebal, ya, Ma? Apalagi, ini kan seharusnya jadi berita yang dinanti-nanti banyak orang, bukan hanya Mama. Kini Mama nggak usah repot berbasa-basi untuk menjawab pertanyaan “Kapan punya anak?” dan sejenisnya.

Lalu, bagaimana menghadapi sikap suami yang tampak belum siap jadi calon Papa?

Popmama.com coba mencari tahu penyebabnya untuk Mama di bawah ini.

1. Perasaan campur aduk saat awal kehamilan

1. Perasaan campur aduk saat awal kehamilan
Freepik/Yanalya

Bagi beberapa suami mengetahui kehamilan istri bisa menghadirkan perasaan campur aduk.

Kadang positif, kadang tidak positif. Ada kemungkinan ia merasa panik, terkejut, atau merasa biasa saja saat kali pertama mendengarnya.

Hal ini wajar, Ma. Suami perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan situasi dan status calon Papa.

Kebanyakan para suami akan bisa menerima status barunya saat si Kecil lahir, seiring keterlibatannya dalam merawat bayi mungil dan benar-benar menjadi seorang Papa.

Editors' Pick

2. Merasa ditinggalkan saat pemeriksaan kehamilan

2. Merasa ditinggalkan saat pemeriksaan kehamilan
Freepik/Rawpixel.com

Kini pelayanan antenatal atau pemeriksaan kehamilan sudah semakin membaik dan juga membutuhkan peran aktif para suami.

Namun, ada kalanya dokter atau bidan lebih fokus pada Mama saat membicarakan perkembangan janin.

Seolah-olah lupa ada calon Papa yang juga turut hadir pada pemeriksaan kehamilan.

Ya, bintangnya memang Mama dan janin dalam kandungan. Namun, suami juga ingin dilibatkan saat periksa kehamilan.

Misalnya, dengan memberi kesempatan suami bertanya atau mengonfirmasi keluhan yang Mama rasakan.

3. Merasa perlu berhati-hati

3. Merasa perlu berhati-hati
Freepik/jcomp

Boleh jadi suami merasa perlu berhati-hati sebelum mengumumkan kehamilan Mama pada orang-orang terdekat. Ia ingin memastikan kondisi janin betul-betul sehat dan berkembang baik. Beberapa pasangan menunggu hingga kehamilan berjalan 12 minggu untuk “go public,” sementara ada pula yang menanti sampai usia 20 minggu.

Jangan buru-buru menganggap suami nggak peduli atau perhatian ya, Ma. Bisa jadi ia cemas soal kehamilan itu. Begitu melihat sendiri kondisi janin yang sehat, ia akan lebih tertarik untuk terlibat lebih jauh dalam kehamilan Mama.

4. Sesuatu yang di luar dugaan

4. Sesuatu luar dugaan
Pexels/Pixabay

Bisa saja kehamilan ini bukan sesuatu yang direncanakan. Misalnya, suami ingin menunda dulu punya anak karena tengah fokus pada hal lain.

Namun, begitu tahu Mama hamil, tentu ini menjadi kejutan yang di luar dugaan.

Meski bisa jadi kejutan menyenangkan, tetap saja suami akan terkejut karena ini di luar rencananya.

Maka, proses adaptasi dan menerima kabar kehamilan itu pun butuh waktu. Bagaimanapun juga, kehamilan dan kelahiran si Kecil kelak akan mengubah kehidupan pernikahan Mama dan Papa kan?

5. Bantu calon Papa melalui situasi ini

5. Bantu calon Papa melalui situasi ini
Pixabay/Mirlidera

Mengetahui reaksi suami demikian, Mama jelas nggak bisa tinggal diam. Namun, jangan buru-buru menghakiminya sebagai suami yang nggak sayang istri ya. Ia hanya butuh waktu untuk mencerna situasi yang baru baginya. Apalagi, suami tidak mengalami langsung perubahan-perubahan kecil dalam tubuh seperti yang Mama alami sendiri. Wajar jika ia tidak merasa langsung terlibat sejak awal kehamilan dan sungguh butuh waktu.

Nah, Mama bisa meminta calon Papa melakukan ini.

  • Minta suami berbicara pada sesama calon Papa atau Papa berpengalaman yang pernah mengalami hal serupa
  • Menerima reaksi suami dan tidak berusaha segera memperbaikinya sekarang juga. Biarkan seiring waktu berlalu hingga waktu persalinan mendekat.
  • Libatkan suami selama Mama menjalani kehamilan, mulai dari hal-hal kecil. Misalnya, minta ditemani saat periksa ke dokter, menghabiskan waktu bersama sambil mengusap perut dan berbicara dengan janin, atau melakukan baby moon

Jadi, tidak sulit ya Ma memahami bagaimana perasaan suami sebagai calon Papa.

Memang ia perlu waktu lebih karena tidak mengalami sendiri kehamilan tersebut.

Sembilan bulan adalah waktu yang cukup untuk membangun kedekatan antara Mama, Papa, dan calon bayi. Hingga akhirnya si Kecil terlahir ke dunia, pasti suami akan lebih siap menyandang status Papa dan sungguh bahagia dengan perubahan menakjubkan tersebut!

Topic:

The Latest