Apakah Aman Menggendong si Kecil Sewaktu Hamil?

Menggendong si Kecil sewaktu hamil aman atau tidak ya? Temukan jawabannya di sini, yuk

22 Maret 2019

Apakah Aman Menggendong si Kecil Sewaktu Hamil
Pexels/bruce mars

Saat hamil anak pertama, Mama tentu nggak terpikir untuk menggendong anak. Fokus Mama tercurahkan sepenuhnya pada kehamilan, sehingga nyaris semua do’s & dont’s ibu hamil terpenuhi. Namun, begitu hamil anak kedua atau ketiga, rasanya mustahil mematuhi semua anjuran tersebut.

Apalagi, jika anak belum genap berusia dua tahun. Pasti masih ingin menempel terus dengan Mama, termasuk minta digendong.

Kewalahan? Pasti.

Sebenarnya, menggendong anak sewaktu hamil tergolong aman, selama kondisi kehamilan prima dan tidak ada alasan medis yang melarang Mama mengangkat beban terlalu berat.

Kabar baiknya bagi para ibu yang biasa menggendong anak, tubuh Mama akan cukup mampu menoleransi pertambahan bobot anak. Cukup sedikit adaptasi dengan cara menggendong ketika perut semakin membuncit.

Sekarang, Mama hanya perlu tahu tips dan trik menggendong aman saat hamil. Berikut Popmama.com merangkumnya khusus untuk Mama.

1. Kenali sinyal tubuh Mama

1. Kenali sinyal tubuh Mama
Unsplash/Dexter Chatuluka

Tubuh ibu hamil berubah perlahan seiring peningkatan hormon. Perubahan bentuk tubuh ini rupanya berpengaruh pula pada pemilihan jenis gendongan yang akan Mama pakai.

Pada trimester pertama, keluhan seperti mual atau rasa nyeri pada perut bagian bawah perlu Mama perhatikan. Periode ini juga jadi waktu yang tepat bagi Mama untuk belajar jenis gendongan baru sebelum perut mulai membuncit.

Lebih penting lagi, Mama harus mampu menilai sendiri sinyal-sinyal yang dikirimkan tubuh. Jika merasa pusing, sesak napas, atau lelah, beristirahatlah dan berhenti menggendong. Ajari pula anak untuk memahami kondisi Mama secara perlahan, sambil mengalihkan perhatiannya ke hal lain.

Editors' Pick

2. Cari jenis gendongan paling nyaman sesuai kondisi Mama

2. Cari jenis gendongan paling nyaman sesuai kondisi Mama
Unsplash/Kyle Nieber

Pada trimester pertama, Mama bebas memakai semua jenis gendongan yang ada. Mulai dari jarik atau selendang batik tradisional, soft structured carrier (SSC), ring sling, woven wrap, stretchy wrap, hingga mehdai. Pakai yang ada pun cukup, tidak perlu membeli baru, kecuali Mama ingin mencoba gendongan lain.

Menginjak trimester kedua dan ketiga, gendongan yang bertumpu pada satu bahu seperti ring sling masih mungkin Mama pakai. Selain itu, jenis gendongan ini juga praktis bagi anak yang mulai senang berjalan. Mama tidak perlu repot bongkar pasang gendongan saat ia ingin turun.

Seiring bobot tubuh yang semakin bertambah, gendongan yang bertumpu pada kedua bahu bisa menopang tubuh Mama dan si kecil dengan baik. Plus, membantu Mama menjaga keseimbangan tubuh. 

Namun, gendongan dengan waistband seperti SSC bisa terasa kurang nyaman karena menekan perut Mama. Trik lain jika Mama tetap ingin memakai SSC adalah posisikan waistband di bawah perut agar lebih nyaman. Alternatifnya, Mama bisa memakai gendongan seperti meh dai atau onbuhimo yang menyerupai SSC, tetapi tanpa waistband.

3. Posisi menggendong mana yang paling nyaman

3. Posisi menggendong mana paling nyaman
babytula.com

Saat perut Mama belum membuncit, menggendong depan atau front carry masih mungkin dilakukan. Posisi anak tidak bertumpu seluruhnya pada perut, sehingga Mama cukup nyaman menggendong di depan.

Pertimbangkan pula untuk berlatih gendong belakang ketika perut belum begitu membesar. Posisi gendong belakang atau back carry menjadi posisi paling nyaman selama kehamilan, khususnya saat trimester ketiga. Anak tidak akan menekan perut Mama dan beban tubuh si kecil pun terbagi rata ke seluruh tubuh Mama.

Bahkan, beberapa ibu berpendapat menggendong belakang dengan perut membesar justru membantu mengurangi rasa sakit punggung. Berat tubuh si kecil juga menopang perut buncit Mama, sehingga tubuh Mama lebih seimbang saat bergerak.

Selain gendong belakang, gendong samping atau hip carry juga bisa cukup nyaman saat kehamilan memasuki trimester kedua. Mama bisa memakai ring sling atau jarik batik untuk gendong samping.

4. Durasi menggendong

4. Durasi menggendong
Instagram/Babytula

Perlu Mama tahu, saat hamil trimester ketiga tubuh memproduksi hormon relaksin 10 kali lebih tinggi daripada kadar normal. Tujuannya mempersiapkan panggul Mama menjelang proses persalinan. Hormon ini melemaskan sendi-sendi tubuh Mama, sehingga berdampak pada setiap pergerakan Mama, termasuk menggendong.

Maka, semakin bertambah usia kandungan, semakin singkat pula waktu menggendong Mama. Jika pada trimester awal Mama mungkin bisa tahan menggendong selama 1 jam, di trimester akhir gendong 15-20 menit pun sudah menguras tenaga.

Sebab, tekanan beban di perut dan punggung otomatis bertambah. Kalau Mama tidak hati-hati, bisa kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Oleh karena itu, kembali lagi ke poin 1 tadi, selalu perhatikan sinyal-sinyal yang tubuh Mama rasakan. Jangan abai pada keluhan sekecil apapun, mengingat Mama kini sedang berbadan dua. Mama sendiri yang harus tahu dan mampu menentukan batas saat menggendong si Kecil.

5. Mengangkat tubuh si Kecil dengan benar

5. Mengangkat tubuh si Kecil benar
Unsplash/Valeria Zoncoll

Dokter selalu menyarankan ibu hamil agar tidak sembarangan mengangkat sesuatu. Posisi tubuh pun harus tepat. Ketika Mama hendak mengangkat tubuh si Kecil, tekuk lutut Mama sampai pandangan mata Mama sejajar dengannya. Usahakan punggung tetap lurus, jangan terlalu ke belakang dan jangan terlalu membungkuk.

Oya, hindari pula gerakan menggendong tiba-tiba. Gerakan mendadak ini membuat tubuh Mama belum siap sepenuhnya, sehingga bisa saja terasa pusing atau mual.

Jadi, menggendong si Kecil sewaktu hamil itu aman, Ma, selama kondisi kehamilan Mama memungkinkan. Selalu konsultasikan ke dokter mengenai hal ini jika Mama belum yakin sepenuhnya. Plus, berusaha untuk peka pada respons tubuh Mama sekecil apapun demi kenyamanan Mama dan si Kecil saat menggendong. Selamat menggendong!

Baca juga:

Topic:

The Latest