Bahaya Cytomegalovirus pada Ibu Hamil, Bisa Sebabkan Komplikasi

CMV menjadi salah satu bagian dari tes TORCH juga, Ma

12 Maret 2021

Bahaya Cytomegalovirus Ibu Hamil, Bisa Sebabkan Komplikasi
Freepik/Yanalya

Saat sebelum program hamil, baiknya Mama melakukan tes TORCH alias Toxoplasma, Rubella, CMV dan Herpes. Nah, salah satu komponen yang tak boleh disepelekan yakni CMV (Cytomegalovirus).

Infeksi virus CMV masih menjadi keluarga dari virus herpes, yang gejalanya seringkali tidak terlalu tampak dan dianggap sebagai penyakit lainnya. Hampir semua orang dewasa pernah terinfeksi virus ini, meskipun tidak menunjukkan gejala berarti.

Hati-hati, jika ibu hamil terpapar infeksi CMV pada 20 minggu pertama dapat menimbulkan risiko komplikasi pada janin. Umumnya risiko yang terjadi yakni gangguan penglihatan atau gangguan pendengaran.

Terlebih jika infeksi baru kali pertama terjangkit pada ibu hamil di trimester pertama,  risiko penularan pada janin pun kian membesar. Oleh sebab itu, tes TORCH termasuk CMV menjadi penting dilakukan sebelum hamil atau paling tidak pada kehamilan tahap awal.

Berikut Popmama.com rangkum informasi tentang CMV pada ibu hamil untuk Mama:

1. Apa itu Cytomegalovirus?

1. Apa itu Cytomegalovirus
Pixabay/Geralt

Dikutip dari Mayo Clinic, Cytomegalovirus (CMV) adalah virus umum yang dapat menginfeksi hampir semua orang.

Setelah terinfeksi, tubuh akan mempertahankan virus tersebut seumur hidup dalam masa dorman (tidak aktif atau laten). Kebanyakan orang tidak tahu mereka memiliki CMV karena jarang menyebabkan masalah saat tubuh dalam kondisi sehat.

Beda halnya saat Mama sedang hamil atau memiliki riwayat dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, CMV bisa menjadi masalah serius.

Ibu hamil yang mengembangkan infeksi CMV aktif selama kehamilan dapat menularkan virus kepada bayinya, yang kemudian dapat menimbulkan tanda dan gejala.

Sementara itu, pada orang-orang dengan sistem imun tubuh yang lemah, misalnya pada pasien HIV AIDS atau pasien transplantasi organ, infeksi CMV bisa berakibat fatal.

Editors' Pick

2. Penularan infeksi CMV

2. Penularan infeksi CMV
Freepik/katemangostar

Menurut American Pregnancy Association, infeksi Cytomegalovirus (CMV) dapat ditularkan ke janin yang sedang berkembang sebelum lahir.

Selain itu, CMV juga dapat menular dari orang ke orang melalui cairan tubuh, seperti darah, air liur, urine, air mani, dan ASI.

Pada umumnya, jika sistem imun sedang kuat maka virus ini tidak akan mudah menular, Ma.

Ada dua jenis Infeksi CMV: infeksi CMV primer (kali pertama terjadi) dan infeksi CMV berulang (reaktivasi alias sudah pernah terjadi sebelumnya). Infeksi CMV primer dapat menyebabkan masalah yang lebih serius pada kehamilan dibandingkan infeksi CMV berulang.

Namun, jika sistem kekebalan tubuh mama sangat lemah, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan penyakit CMV. Termasuk pada ibu hamil, infeksi yang kali pertama terjadi pada saat kehamilan juga kadang-kadang tidak disadari.

Tidak adanya gejala CMV yang khas, membuat ibu hamil sering terlewat melakukan pemeriksaan, terlebih jika awalnya tidak melakukan tes TORCH.

Infeksi bisa jadi baru mulai terdeteksi apabila Mama mungkin mengalami keluhan seperti demam tinggi, ada rasa tidak nyaman pada otot, bengkak dan nyeri pada tenggorokan, penurunan nafsu makan, yang disertai dengan berkurangnya cairan ketuban.

Dikhawatirkan kondisi ini terjadi akibat infeksi virus dan jika tes TORCH belum dilakukan, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan ini sesegera mungkin.

3. Tanda dan gejala CMV pada ibu hamil

3. Tanda gejala CMV ibu hamil
Pixabay/Guvo59

Seperti disebutkan sebelumnya, infeksi CMV seringkali luput karena tidak memiliki gejala yang khas.

Namun demikian, ada beberapa tanda dan gejala yang perlu Mama wasapdai sebagai tanda infeksi, seperti demam tinggi, sakit kepala, serta bengkak dan nyeri pada tenggorokan.

Ibu hamil yang terinfeksi CMV kali pertama pun berisiko menularkan virus ini pada janin.

Bayi yang terinfeksi CMV umumnya tampak sehat saat dilahirkan, namun gejala baru akan muncul seiring berjalannya waktu dan bertambah usia anak.

Tanda dan gejala yang mungkin perlu diwaspadai seperti kulit dan mata menguning, mikrosefali, bayi lahir dengan berat rendah, adanya masalah pada hati atau paru-paru.

Bayi juga berisiko mengalami masalah motorik, gangguan penglihatan, atau gangguan pendengaran.

Dikutip dari What To Expect, jika Mama positif infeksi CMV selama kehamilan atau jika bayi menunjukkan tanda-tanda CMV bawaan, dokter kemungkinan akan memberikan pemeriksaan pada bayi berupa tes darah, urine, atau air liur dalam waktu 2-3 minggu setelah persalinan untuk memeriksa apakah ia memiliki antibodi CMV.

Jika hasilnya positif, dokter mungkin akan meresepkan antivirus untuk meminimalkan potensi dampak infeksi. Pendengaran si Kecil juga harus diperiksa secara teratur dan pastikan untuk tetap berkonsultasi secara rutin dengan dokter anak mama, ya.

4. Tes IgG dan IgM CMV

4. Tes IgG IgM CMV
Freepik/Jannoon028

Pemeriksaan TORCH, termasuk untuk CMV, umumnya terdiri atas dua bagian yakni IgG dan IgM. Tubuh bertahan melawan infeksi CMV primer dengan terlebih dahulu memproduksi antibodi IgM, yang secara bertahap menghilang dan diganti setelah beberapa bulan oleh antibodi IgG, yang tetap dapat dideteksi selama sisa hidup pasien.

Ini berarti IgM positif merupakan tanda bahwa infeksi CMV sedang aktif baru-baru ini atau kemungkinan kali pertama terjadi. Sementara IgG positif berarti infeksi CMV sudah terjadi pada masa lampau.

Jika Mama pernah terinfeksi virus CMV, hasil IgG akan terus positif karena virus tersebut masih tetap ada dalam bentuk laten dan bisa aktif kembali.

Ya, Tes CMV dengan hasil IgG dan IgM positif cenderung menunjukkan paparan CMV baru-baru ini atau reaktivasi virus. Jika IgG angkanya cukup tinggi, pengetesan ulang 2-3 minggu kemudian bisa dilakukan.

5. Pengobatan dan pencegahan infeksi CMV

5. Pengobatan pencegahan infeksi CMV
Freepik/lesterman

Vaksin CMV yang termasuk dalam TORCH bisa didapatkan sebelum merencanakan kehamilan. Mengenai waktu pastinya, Mama sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu ke dokter yang menangani.

Untuk orang-orang infeksi CMV primer (kali pertama terinfeksi), konsumsi obat penghilang rasa sakit seperti acetaminophen, ibuprofen, atau aspirin bisa dikonsumsi untuk menghilangkan gejala, serta tak lupa untuk banyak minum air putih.

Pada CMV bawaan atau infeksi berulang, dapat menggunakan obat antivirus seperti ganciclovir untuk memperlambat penyebaran virus. Namun untuk ibu hamil, terapi obat tetap harus berdasarkan resep dokter saja dan tidak boleh minum sembarangan.

Sementara itu, bayi baru lahir yang positif terinfeksi CMV mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit sampai fungsi organnya kembali normal.

Demi mencegah terjadinya infeksi CMV, baik primer maupun berulang, menjaga kebersihan menjadi langkah paling penting, Ma. Selalu cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, terutama setelah mengganti popok atau menggunakan fasilitas umum. Hindari juga berbagi peralatan makan bersama-sama.

Selalu buang sampah tisu atau popok sekali pakai dengan benar dan tidak sembarangan. Sebisa mungkin, hindari kebiasaan mencium anak kecil, terutama di bagian mulut dan hidung.

Demikian informasi tentang cytomegalovirus pada ibu hamil. Semoga informasi ini membuat Mama semakin waspada, ya.

Baca juga: 

The Latest