Hindari Komplikasi, Kenali Gejala Cairan Ketuban Merembes
Cairan ketuban yang kurang dapat membahayakan janin dan juga ibu hamil
28 Oktober 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cairan ketuban adalah cairan yang melindungi dan menopang janin saat tumbuh di dalam rahim. Cairan penting ini mengandung:
- hormon
- sel sistem kekebalan tubuh
- nutrisi
- hormon
- urin janin
Pada tingkat tertinggi, volume cairan ketuban sekitar 1 liter. Setelah 36 minggu kehamilan, kadar cairan mulai berkurang saat tubuh bersiap untuk melahirkan.
Ketika melakukan pemindaian USG sebelum melahirkan, dokter akan memperkirakan jumlah cairan ketuban yang melindungi janin. Mungkin saja cairan mulai bocor di beberapa titik.
Jika terlalu banyak cairan mulai keluar, ini dikenal sebagai oligohidramnion. Cairan juga bisa menyembur keluar karena pecahnya kantung ketuban. Ini dikenal sebagai pecahnya membran.
Jika cairan ketuban berkurang banyak, janin tidak akan terlindungi dan berisiko terinfeksi.
Terkadang sulit untuk mengetahui apakah cairan yang keluar adalah cairan ketuban atau urine. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, kenali gejala cairan ketuban merembes. Simak penjelasannya pada ulasan Popmama.com berikut ini, ya, Ma.
Tingkat Cairan Ketuban yang Normal selama Kehamilan
Jumlah cairan ketuban cenderung meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan dan mencapai titik tertinggi sekitar usia kehamilan 36 minggu.
Tingkat cairan selama kehamilan bisa sekitar:
- 60 ml pada usia kehamilan 12 minggu,
- 175 ml pada usia kehamilan 16 minggu,
- 400 hingga 1.200 ml antara 34 dan 38 minggu kehamilan.
Dokter dapat mengukur kadar cairan ketuban menggunakan USG. Ada dua cara penghitungan yang dikenal dengan istilah amniotic fluid index (AFI) atau maximum vertical pocket (MPV).
Dokter menganggap kadar cairan rendah jika AFI Anda kurang dari 5 sentimeter (cm) atau MPV kurang dari 2 cm.
Editors' Pick
Risiko Cairan Ketuban Merembes
Kebocoran cairan ketuban bisa berbahaya bagi Mama dan janin, tidak peduli berapa usia kehamilan mama. Meskipun mungkin secara alami Mama akan mengeluarkan sedikit cairan ketuban, kehilangan terlalu banyak bisa berbahaya.
Kebocoran atau merembesnya cairan ketuban selama trimester pertama dan kedua dapat menyebabkan komplikasi, termasuk:
- cacat lahir,
- keguguran,
- lahir prematur,
- kelahiran mati.
Selama trimester ketiga, kadar cairan ketuban yang rendah dapat menyebabkan:
- kesulitan selama persalinan,
- dapat memengaruhi kemampuan janin untuk mendapatkan oksigen,
- peningkatan risiko untuk persalinan sesar,
- pertumbuhan janin yang lambat.
Ada beberapa perawatan untuk tingkat cairan ketuban yang rendah jika cairan ketuban merembes atau bocor terlalu banyak. Dokter mama dapat menyarankan pilihan pengobatan terbaik.
Gejala Kebocoran Cairan Ketuban
Pikirkan kantung ketuban seperti balon air. Meskipun balon air dapat pecah, menyebabkan semburan cairan yang kuat, mungkin juga lubang kecil dapat berkembang di kantung. Ini dapat menyebabkan kebocoran cairan ketuban yang lambat.
Saat hamil, Mama mungkin merasa sering mengeluarkan cairan, misalnya urine. Kandung kemih menjadi lebih cepat penuh sehingga menyebabkan Mama harus sering ke toilet. Jaringan vagina juga dapat menghasilkan cairan ekstra untuk membantu bayi keluar dengan lebih mudah. Jadi sulit untuk menentukan apakah cairan itu adalah urine, cairan ketuban, atau cairan vagina.
Cairan ketuban mungkin memiliki ciri, seperti:
- bening, berbintik-bintik putih, dan berlumuran lendir atau darah,
- tidak berbau,
- membuat pakaian dalam kotor.
- biasanya, urine akan memiliki bau. Cairan vagina biasanya berwarna putih atau kuning.
Cara lain yang dapat Mama coba untuk menentukan apakah cairan tersebut adalah cairan ketuban adalah dengan mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu. Gunakan pembalut dan periksa cairan yang ada di pembalut setelah 30 menit hingga satu jam. Jika cairannya berwarna kuning, kemungkinan itu adalah urine. Jika tidak, cairan itu bisa jadi cairan ketuban.
Cara lain adalah gunakan pembalut dan berkonsentrasilah untuk menahan otot-otot dasar panggul dengan kencang, seolah-olah Mama sedang mencoba menghentikan aliran urine. Jika Mama melakukan ini dan tidak melihat cairan apa pun di pembalut, cairan yang keluar sebelumnya kemungkinan besar adalah urine.
Kapan Harus ke Dokter?
Hubungi dokter segera jika cairan tampak berwarna hijau atau kuning kecoklatan. Ini dapat mengindikasikan janin buang air besar di dalam rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi pernapasan saat bayi lahir.
Mama juga harus menghubungi dokter jika Mama merasa selaput ketuban mungkin telah pecah, yang juga dikenal sebagai “ketuban pecah”. Mama harus memperhatikan warna keputihan untuk memberi tahu dokter.
Diperkirakan sepertiga cairan ketuban diganti setiap jam. Ini berarti janin tidak akan mengalami kekurangan cairan bahkan jika Mama mengeluarkan cairan ketuban. Tetapi ada kemungkinan bahwa ketuban yang pecah bisa berarti persalinan sudah dekat atau bakteri masuk ke dalam rahim. Untuk alasan ini, penting untuk mencari penanganan jika Mama merasa cairan ketuban bocor atau merembes.
Karena dapat membahayakan Mama dan janin, kenali gejala ketuban merembes, ya, Ma!
Baca juga:
- Cara Menjaga Air Ketuban agar Tetap Cukup selama Kehamilan
- Demi Janin Sehat, Kenali Penyebab dan Ciri-Ciri Air Ketuban Sedikit
- Aspirasi Mekonium, saat Bayi Keracunan Air Ketuban Bercampur Feses