5 Fakta Penyebab Usia Dapat Memengaruhi Masa Subur Perempuan

Benarkah faktor usia berpengaruh pada kesuburan perempuan?

1 Agustus 2019

5 Fakta Penyebab Usia Dapat Memengaruhi Masa Subur Perempuan
Freepik/Katemangostar

Mama tentu sering mendengar soal “peringatan” tidak menunda kehamilan usai menikah.

Apalagi, jika usia seseorang sudah lewat 30 tahun, wah, makin gencar saja orang-orang di sekitar ribut menanyakan kapan menikah.

Kadang risih memang mendengarkan pertanyaan orang soal kapan menikah, hamil, atau menambah anak lagi. Sayangnya, suka tidak suka, kamu harus bisa menerima kenyataan bahwa ada hubungan antara usia dan kesuburan perempuan.

Semua berpangkal dari jumlah sel telur yang diproduksi perempuan sepanjang hidupnya.

Namun, Mama yang sedang program hamil tidak perlu cemas. Yuk, simak dulu 5 fakta soal kesuburan perempuan yang telah dirangkum Popmama.com dari berbagai sumber.

1. Jumlah sel telur perempuan sekitar 400.000

1. Jumlah sel telur perempuan sekitar 400.000
stylecraze.com

Jumlah sel telur yang diproduksi ovarium seorang perempuan sejak menstruasi pertama sekitar 400.000 sel. Seiring pertambahan usia perempuan, semakin menurun pula produksi sel telur. Bahkan, tidak hanya secara jumlah, tetapi juga terjadi penurunan kualitas.

Memasuki awal usia 30 tahun, tingkat kesuburan perlahan mulai menurun. Beberapa ahli berpendapat, usia 35 tahun menjadi titik balik penurunan kuantitas dan kualitas sel telur.

Begitu seorang perempuan berusia 40 tahun, tingkat kesuburan tinggal 50% saja.

Berdasarkan fakta tersebut, perempuan di atas usia 35 tahun cenderung lebih sulit memiliki keturunan. Namun, sulit bukan berarti tidak bisa sama sekali. Hanya saja, peluang seorang perempuan di usia tersebut untuk hamil semakin kecil.

Editors' Pick

2. Puncak kesuburan perempuan pada usia 20-an

2. Puncak kesuburan perempuan usia 20-an
Freepik/Yanalya

Para ahli yakin, usia 20-an adalah masa keemasan seorang perempuan. Pada rentang usia inilah puncak kesuburan perempuan berlangsung. Kualitas sel telur masih tinggi, kondisi fisik perempuan juga relatif prima, dan memperbesar peluang untuk hamil.

Imbasnya, risiko terjadi komplikasi saat kehamilan, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, lebih rendah. Plus, kamu yang hamil usia 20-an juga lebih “ringan” menjalankan kehamilan (meski tidak semua karena setiap kehamilan berbeda-beda).

3. Puncak kehidupan seksual perempuan terjadi pada usia 30-40 tahun

3. Puncak kehidupan seksual perempuan terjadi usia 30-40 tahun
parenting.com

Menariknya, Ma, justru di rentang usia 30-40 tahun seorang perempuan merasakan puncak kehidupan seksual. Boleh dibilang, rentang usia ini sebagai masa-masa terbaik saat bicara soal kehidupan seksual bersama suami.

Pengalaman seks terdahulu memberi perempuan pembelajaran soal teknik seks. Bagian terbaiknya, perempuan jadi lebih mudah mencapai orgasme dalam waktu singkat. Namun, bukan berarti masa kesuburan perempuan usia ini meningkat.

Peluang untuk hamil relatif lebih kecil dibandingkan pada usia 20-an tahun, seiring meningkatnya pula risiko terjadi keguguran. Plus, hampir 30% perempuan di usia 38 tahun sulit hamil akibat menurunnya jumlah hormon.

Tak heran jika sekalipun Mama usia 30-an bisa menikmati seks dengan menyenangkan, peluang hamilnya tidak setinggi ketika usia 20-an.

4. Produksi hormon menurun di usia 40-an, menopause di depan mata

4. Produksi hormon menurun usia 40-an, menopause depan mata
Freepik/tutatama

Pada usia 40-an, produksi hormon estrogen dan testosteron dalam tubuh perempuan perlahan tapi pasti mulai menurun. Usia 45 tahun ke atas bisa dibilang sebagai periode menopause, dengan rata-rata perempuan mulai mengalaminya pada 46 tahun.

Konsekuensinya, setengah dari perempuan kelompok usia ini mulai mengalami penurunan gairah seksual, vagina mengering, dan menstruasi yang tidak normal. Otomatis, frekuensi berhubungan seksual pun semakin jarang.

Meskipun demikian, perlu kamu catat, bahwa menopause tidak terjadi secara tiba-tiba. Umumnya, kesuburan tampak menurun sejak 10 tahun sebelum menopause.

Jadi, bukan berarti bulan ini Mama masih menstruasi, bulan depan sudah tidak menstruasi lagi.

5. Risiko komplikasi kehamilan yang mengintai

5. Risiko komplikasi kehamilan mengintai
Freepik

Sama seperti hamil pada usia sangat muda (di bawah usia 20-an tahun), hamil di usia di atas 35 tahun juga memiliki risiko komplikasi kehamilan. Semua terjadi lantaran adanya faktor ketidakseimbangan hormon, penurunan jumlah dan kualitas sel telur, dan kondisi fisik yang tidak sebugar dahulu.

Komplikasi kehamilan pada kehamilan usia tersebut pun lebih beragam, mulai dari diabetes, problem pada plasenta, dan tekanan darah tinggi. Belum lagi risiko bayi mengalami beberapa kelainan, seperti kelainan kromosom, risiko keguguran, dan bayi lahir dengan berat badan rendah.

Oleh karena itu, jika Mama sudah berusia di atas 35 tahun dan berniat merencanakan kehamilan, konsultasi lebih dulu ke dokter kandungan, selain rutin berhubungan seks 2-3 kali seminggu. Perubahan gaya hidup, khususnya pola makan dan olahraga, juga memperbesar peluang kehamilan di usia 35 tahun ke atas.

Itulah 5 fakta penyebab usia dapat memengaruhi masa subur perempuan. Pilihan tetap ada di tangan Mama (dan dengan kesepakatan bersama Papa tentunya!) mengenai kehamilan ini. Apapun keputusan Mama, selalu berkonsultasi dengan dokter saat hendak merencanakan kehamilan.

Baca juga:

Cara Efektif Menghitung Masa Subur Perempuan agar Cepat Hamil

The Latest