Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Meisya Siregar Alami Penebalan Dinding Rahim, Apa Penyebabnya?
Instagram.com/meisya__siregar

Intinya sih...

  • Gejala awal penebalan dinding rahim yang dialami Meisya Siregar adalah pendarahan di luar siklus menstruasi dan menstruasi yang memanjang setiap bulannya.

  • Penyebab utama penebalan dinding rahim adalah ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, terutama pada perempuan yang akan memasuki fase menopause.

  • Meisya menjalani prosedur histeroskopi sebagai penanganan utama, diikuti dengan terapi hormon untuk menyeimbangkan kadar hormon dalam tubuhnya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Meisya Siregar baru-baru ini membagikan cerita tentang kondisi kesehatannya yang cukup serius di media sosialnya. Awalnya, Meisya mengalami pendarahan di luar siklus menstruasi yang tidak kunjung berhenti, meskipun tidak disertai keluhan lain.

Setelah menjalani observasi dan pemeriksaan, ia divonis mengalami hiperplasia endometrium, atau penebalan dinding rahim, yang juga disertai polip dan miom kecil. Kondisi ini dijelaskan langsung oleh dokter dokter Shelly Franciska dalam video yang diunggahnya.

Berdasarkan penjelasan dari dokter Shelly dan kisah Meisya, Popmama.com telah merangkum semuanya untuk Mama pahami lebih dalam mengenai kondisi Meisya Siregar alami penebalan dinding rahim dan hal yang menjadi penyebabnya.

Yuk, simak penjelasannya!

1. Gejala awal yang dialami

Freepik

Meisya Siregar menceritakan bahwa gejala awalnya adalah pendarahan yang tidak kunjung berhenti di luar siklus menstruasinya. Hal ini menjadi tanda paling umum jika terdapat penebalan dinding rahim pada tubuh seseorang.

Kondisi ini dalam istilah medis sering disebut intermenstrual bleeding, di mana terjadi flek-flek atau pendarahan ringan di antara periode menstruasi yang normal.

Menurut dokter Shelly, menstruasi yang memanjang setiap bulannya juga bisa menjadi gejala dari hiperplasia endometrium ini.

Dalam kondisi yang dialaminya, Meisya merasa sempat panik dengan pendarahan tidak berkesudahan yang menjadi tanda bahwa ada kondisi yang tidak baik dalam tubuhnya.

2. Penyebab utamanya karena hormon yang tidak seimbang

Freepik

Penyebab utama dari penebalan dinding rahim yang dialami oleh Meisya adalah adanya ketidakseimbangan hormon. Tubuh perempuan umumnya mempunyai dua hormon utama yang bekerja di rahim, yaitu hormon estrogen dan hormon progesteron.

Hormon estrogen berperan dalam menebalkan dinding rahim setiap bulan untuk persiapan kehamilan, sementara hormon progesteron berperan untuk menyeimbangkannya agar tidak terlalu tebal.

Nah, pada kondisi yang dialami Meisya ini jumlah hormon estrogen terlalu banyak, sedangkan hormon progesteronnya sedikit. Alhasil, dinding rahim menebal secara tidak normal.

Kondisi ini sering terjadi pada perempuan yang akan memasuki fase menopause, seperti Meisya Siregar telah memasuki usia 46 tahun.

3. Ditangani dengan prosedur histeroskopi

Freepik

Setelah melakukan rangkaian pemeriksaan, Meisya diarahkan untuk menjalani histeroskopi sebagai prosedur utama untuk menangani kondisinya.

Histeroskopi dilakukan dengan memasukkan kamera kecil ke dalam rahim, sehingga dokter dapat melihat dengan jelas kondisi sekaligus mengambil jaringan secara tepat.

Prosedur ini jauh lebih aman dibanding kuret, karena risiko komplikasinya lebih rendah. Meisya juga mengaku lebih tenang setelah menjalani operasi dari pemeriksaan histeroskopi, meski masih ada rasa cemas menunggu hasil akhir pemeriksaan.

Pengalaman Meisya tentunya menjadi pengingat untuk Mama perlunya memperhatikan kondisi tubuh untuk bisa mendeteksi dini dan mencegah komplikasi yang lebih parah.

4. Penjelasan dr. Shelly tentang hiperplasia endometrium

Freepik

Dokter Shelly Franciska menjelaskan bahwa hiperplasia endometrium adalah kondisi dinding rahim yang menebal tidak normal.

Dalam kondisi tersebut terdapat dua jenis, yaitu hiperplasia dengan sel atipik dan non-atipik. Apabila penebalan dinding rahim yang terjadi tidak mengandung sel atipik, risikonya menjadi kanker sangat kecil, hanya sekitar 1-3 persen.

Sebaliknya, jika ada sel atipik, risiko keganasannya melonjak drastis hingga 30-40 persen. Inilah mengapa pemeriksaan yang menyeluruh sangat penting, agar penanganan yang diberikan dengan tepat.

5. Penanganan lanjutan dengan terapi hormon

Freepik

Setelah operasi, langkah selanjutnya yang dijalani oleh bagi adalah menjalani terapi hormon. Terapi ini diberikan untuk menyeimbangkan kadar hormon estrogen dan hormon progesteron, sehingga pertumbuhan lapisan rahim bisa kembali normal.

Pada kasus ringan tanpa sel atipik, biasanya hanya cukup ditangani dengan obat-obatan hormonal. Namun, jika terdapat sel atipik, maka penanganan perlu lebih kompleks dengan pengawasan ketat dari dokter.

Meisya sendiri mengaku siap melanjutkan terapi hormon, sambil berdoa agar hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi yang baik.

Kondisi dimana Meisya Siregar alami penebalan dinding rahim bukanlah kondisi yang bisa disepelekan, Ma

Menurut dokter Shelly Franciska, hiperplasia endometrium dapat ditangani dengan baik bila dideteksi sejak awal, terutama melalui pemeriksaan jaringan. Dengan memahami jenis, gejala, hingga faktor risikonya, Mama bisa lebih waspada dan segera berkonsultasi bila ada tanda-tanda yang muncul.

Editorial Team