Walaupun risiko yang ada dari inseminasi buatan terbilang rendah tetapi kadang kala terjadi beberapa risiko akibat program hamil inseminasi buatan ini.
Beberapa risiko tersebut di antaranya :
Program inseminasi memungkinkan untuk mendorong terjadinya kelahiran kembar. Hal ini bisa terjadi akibat stimulasi terhadap folikel ovarium yang menjadi berlebih.
Risiko ini banyak terjadi pada perempuan dengan usia yang cukup muda.
Beberapa rumah sakit atau klinik berkomitmen bekerja sangat keras untuk mencegah risiko ini terjadi mengingat kehamilan kembar memiliki banyak risiko baik selama kehamilan maupun pada saat proses persalinan.
- Ovarium Hyperstimulation Syndrome (OHSS)
Risiko terjadi Ovarium Hyperstimulation Syndrome juga dikarenakan respon yang berlebihan dari folikel ovarium pada saat terapi hormon.
Pada proses inseminasi buatan, protokol stimulasi dibuat cenderung ringan dan dimonitor melalui USG untuk menurunkan risiko terjadinya Ovarium Hyperstimulation Syndrome (OHSS)
Kehamilan ektopik yakni kehamilan di luar rahim yang mengakibatkan harus dihentikan sebelum kehamilan semakin berkembang dan mengancam jiwa perempuan.
Risiko terjadinya kehamilan ektopik mungkin saja terjadi melalui program inseminasi buatan. Peluang terjadinya kehamilan ektopik akibat inseminasi buatan adalah sebesar empat persen.
Inseminasi buatan juga memiliki risiko untuk mengalami keguguran. Peluang risiko terjadinya keguguran ini lebih tinggi selama awal kehamilan.
Oleh karena itu, penting memiliki sikap ekstra hati-hati pada masa kehamilan trimester pertama.
Risiko infeksi akibat inseminasi buatan memang jarang terjadi, yakni hanya sebesar 0,07 persen. Risiko infeksi berhasil ditekan dengan tindakan asepsis dan sterilitas yang ketat.
Perlu diwaspadai juga bahwa peradangan panggul atau masalah kekebalan juga bisa muncul setelah melakukan proses inseminasi buatan.
Nah, itulah kelima informasi lengkap terkait inseminasi buatan yang bisa dilakukan saat program hamil.
Semoga bermanfaat!