ilustrasi kesehatan reproduksi (pph.atmajaya.ac.id)
Selama masa ovulasi, tubuh memproduksi cairan folikel yang mengelilingi sel telur di dalam ovarium. Cairan ini sangat penting karena menjadi “lingkungan hidup” bagi sel telur sebelum ia dilepaskan untuk bertemu dengan sperma. Nah, menurut studi yang dimuat di Journal of Assisted Reproduction and Genetics, cairan folikel sehat idealnya mengandung lebih dari 90% air.
Jika tubuh kamu kekurangan cairan, kualitas cairan folikel bisa menurun, yang berisiko memengaruhi perkembangan sel telur dan menghambat proses ovulasi. Selain itu, hidrasi yang baik juga membantu menjaga keseimbangan fluida reproduktif lainnya, seperti lendir serviks dan cairan tuba falopi, yang semuanya berperan dalam memfasilitasi pertemuan sperma dan sel telur.
Bayangkan kalau semua “jalur reproduksi” di dalam tubuh kamu cukup cairan dan tetap lembap—tentunya akan lebih mudah bagi sperma untuk bergerak, membuahi, dan menciptakan peluang kehamilan yang lebih besar. Jadi, jangan anggap remeh air putih ya, Ma. Ia benar-benar mendukung “ekosistem kehamilan” sejak awal prosesnya!