Jika spermatogenesis terjadi pada laki-laki, maka proses oogenesis terjadi pada tubuh perempuan. Dikutip dari Science Direct, oogenesis adalah pembentukan sel telur (juga dikenal sebagai ovum atau oosit) pada janin berjenis kelamin perempuan.
Oogenesis mulai berkembang pada janin perempuan pada usia kehamilan sekitar 7 minggu. Ini berarti, sel telur sebenarnya sudah mulai dimiliki tubuh perempuan bahkan sejak ia masih berada dalam kandungan.
Puncaknya, sel telur yang dimiliki pada waktu tersebut bahkan bisa mencapai hingga 6 juta. Namun nanti ketika bayi perempuan dilahirkan, jumlah tersebut akan terus berkurang sampai hanya sekitar 1 juta saja.
Sel-sel telur ini kemudian berada pada fase 'tidur', dan baru akan kembali 'bangun' saat perempuan sudah masuk pubertas. Pada waktu itu, jumlahnya pun akan terus berkurang hingga sekitar 300 ribu hingga 400 ribu saja.
Memasuki usia dewasa (24-31 tahun), jumlah sel telur yang tersisa hanya sekitar 62 ribu. Jumlah ini kian menurun drastis saat perempuan memasuki usia 32-38 tahun, tepatnya sekitar 9.600 saja. Demikian dikutip dari 'Acupuncuture for IVF and Assisted Reproduction: An Integrated Approach to Treatment and Management'.
Dengan kata lain, seiring dengan bertambahnya usia perempuan, jumlah dan kualitas sel telurnya akan mengalami penurunan.