10 Hal yang Sering Diperdebatkan Pasutri saat Menjalankan Promil

Perdebatan itu wajar kok, kuncinya adalah komunikasi!

21 Oktober 2021

10 Hal Sering Diperdebatkan Pasutri saat Menjalankan Promil
Freepik/wayhomestudio

Setelah menikah, untuk bisa hamil tentu tidak mudah ya. Biasanya, kamu dan pasangan akan menemukan banyak tekanan pada setiap prosesnya. Terlebih lagi, saat harapan untuk mendapatkan anak belum juga terwujud setelah sekian lama. 

Menurut Mayra Mendez, Ph.D, LMFT, seorang psikoterapis berlisensi di Providence Saint John's Child and Family Development Center, Santa Monica, California, pasangan yang telah lama mencoba untuk bisa hamil, biasanya akan merasa kecewa dan menjadi tidak sabar. Ini terjadi karena rasa sedih dan tidak berdaya, yang membuat seseorang jadi lekas marah, tidak puas, benci atau menentang pendapat orang lain.

Karena hal inilah, tidak heran saat menjalankan program hamil akan ada banyak hal yang sering diperdebatkan oleh pasangan suami dan istri.

Dirangkum Popmama.com, berikut ini 10 hal yang sering diperdebatkan pasutri saat menjalankan program hamil, dilansir dari Parents. Mungkinkah salah satunya pernah jadi perdebatan kamu dengan pasangan?

1. Perdebatan biasa terjadi saat pasutri memutuskan untuk memiliki anak

1. Perdebatan biasa terjadi saat pasutri memutuskan memiliki anak
Freepik/nensuria

Langkah pertama dalam menjalankan program hamil yaitu memutuskan untuk memiliki anak.

Menurut Anate Brauer, M.D, seorang ahli endokrinologi dan reproduksi di Greenwich Fertility and IVF Centers, banyak pasangan memiliki perbedaan pendapat mengenai kapan waktu yang tepat untuk memutuskan memiliki anak.

Sementara itu, perempuan justru dihadapkan dengan jam biologis tubuhnya. Seperti yang kita tahu, menginjak usia 35 tahun, perempuan akan mengalami penurunan kesuburan, dimana ini bisa menjadi penyebab sulit hamil. Sedangkan banyak laki-laki kurang menyadari hal tersebut.

Untuk itu para pakar mengingatkan bahwa, keputusan untuk memiliki anak harus sudah dibuat bahkan sebelum kamu dan pasangan memutuskan untuk menikah.

2. Perdebatan mengenai kapan waktu yang tepat untuk merencanakan kehamilan

2. Perdebatan mengenai kapan waktu tepat merencanakan kehamilan
Freepik/wayhomestudio

Terkadang, memutuskan waktu yang tepat dalam merencanakan kehamilan juga bisa menjadi masalah. Misalnya saja, ketika kamu dan pasangan sudah berencana untuk hamil, sementara di satu sisi kamu baru saja memulai pekerjaan baru yang tentunya akan menyita waktu dan energi.

Padahal kembali lagi, kalian sama-sama dihadapkan dengan masalah jam biologis tubuh. Dimana usia bisa menjadi faktor penyebab penurunan kesuburan.

Hal ini terkadang bisa menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga lho. Ini terjadi karena kurangnya pengertian dari salah satu pihak.

Menurut Johanna Kaplan, psikolog klinis anak dan direktur Washington Anxiety Center of Capitol Hill, penting untuk saling terbuka dan mendiskusikan keinginan, agar kamu dan pasangan bisa mengetahui peran masing-masing dalam merencanakan kehamilan.

3. Pasutri kurang mengetahui hal-hal penting yang harus diperhatikan saat menjalankan promil

3. Pasutri kurang mengetahui hal-hal penting harus diperhatikan saat menjalankan promil
Freepik

Kebanyakan pasangan tidak mengetahui hal apa saja yang harus diperhatikan, saat mereka memutuskan untuk program hamil. Salah satu yang cenderung sering diabaikan yaitu perihal masa subur, serta siklus menstruasi.

Proses pembuahan hanya mungkin terjadi sekitar lima hari sebelum ovulasi, dan dua minggu setelah menstruasi terakhir. Dimana antara satu perempuan dengan yang lain, waktunya tentu berbeda-beda.

Dr. Brauer juga mengatakan kalau, kalender biologis tidak selalu sejalan dengan aktivitas yang dilakukan kamu dan pasangan. Misalnya saja saat masa subur tiba, tapi pasangan kamu sedang keluar kota karena urusan pekerjaan. Hal ini sama saja dengan menunda komitmen untuk memiliki anak.

4. Kurangnya keintiman antara suami dan istri bisa menyebabkan perdebatan

4. Kurang keintiman antara suami istri bisa menyebabkan perdebatan
Freepik

Berhubungan seks secara rutin memang menjadi salah satu cara cepat hamil. Tapi bukan berarti kamu hanya fokus pada hubungan seks saja ya. Terlalu berfokus pada hubungan seks, justru bisa mengurangi keintiman lho. Kamu jadi tidak bisa melakukan hal lain, karena merasa seks sebagai ‘tugas’ untuk bisa cepat hamil.

Elena Mikalsen, Ph.D, kepala bagian dan asisten profesor psikologi Baylor College of Medicine di San Antonio, Texas, menyarankan kamu dan pasangan untuk melakukan semua hal yang disukai. Misalnya, pergi jalan-jalan, berkumpul bersama teman, atau makan di luar bersama pasangan.

Keintiman antara suami dan istri sangatlah penting dalam suatu hubungan. Ini akan meningkatkan rasa saling pengertian dan saling menyayangi antara kamu dan pasangan. Dengan begitu, tubuh akan lebih rileks dan kamu bisa lebih fokus pada program hamil yang sedang dijalani.

Editors' Pick

5. Perdebatan mengenai kapan waktu yang tepat untuk berkonsultasi ke dokter

5. Perdebatan mengenai kapan waktu tepat berkonsultasi ke dokter
Freepik/gpointstudio

Saat merencanakan kehamilan, beberapa pasangan menganggap diri mereka normal dan memiliki kesuburan yang optimal. Padahal, ada banyak hal yang mungkin terjadi pada tubuh kita. Apalagi masalah infertilitas biasanya terjadi dengan atau tanpa gejala.

Pandangan yang berbeda terkait hal ini, terkadang bisa menimbulkan pertengkaran antara kamu dan pasangan lho. Karena pasangan menganggap kondisinya baik-baik saja, dan bisa hamil secara alami, tanpa perlu bantuan medis.

Penting untuk kamu dan pasangan menyadari, bahwa risiko masalah kesuburan itu ada. Kamu bisa melakukan konsultasi ke dokter untuk mengetahui kondisi kamu. Semakin cepat masalah infertilitas terdeteksi, tentu akan semakin baik untuk progam hamil yang kamu jalani. 

6. Saling menyalahkan pasangan karena tidak kunjung hamil

6. Saling menyalahkan pasangan karena tidak kunjung hamil
Freepik/wayhomestudio

Setelah beberapa bulan mencoba untuk hamil namun belum berhasil, pasti akan timbul perasaan gagal di dalam diri kamu dan pasangan. Kondisi ini bisa membuat pasangan saling menyalahkan satu sama lain.

Dr. Brauer mengingatkan kalau tidak mungkin terjadi kehamilan tanpa adanya sel telur dan sperma. Hal ini berarti, kamu dan pasangan sama-sama terlibat atas masalah yang terjadi.

Lebih baik, saling memberikan dukungan dan hindari rasa bersalah atau saling menyalahkan.

7. Perdebatan pasutri saat merencanakan jumlah anak

7. Perdebatan pasutri saat merencanakan jumlah anak
Freepik/Beststudio

Selain masalah terkait cara untuk bisa hamil, hal lain yang sering diperdebatkan oleh pasutri adalah jumlah anak.

Biasanya mempertimbangkan jumlah anak akan menjadi diskusi khusus antara kamu dan pasangan. Tapi jika hasilnya tidak sejalan, ini bisa menjadi pertengkaran lho.

Menurut Lauren Steinberg, Ph,D, seorang relationship therapist dan profesor psikologi di Columbia University, mengatakan kalau banyak pertikaian terjadi antara suami istri terkait masalah jumlah anak.

Lauren juga menyampaikan, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah berkomunikasi dengan pasangan dan melihat bagaimana kondisi kehidupan di masa depan. Pasalnya perasaan dan pemikiran seseorang bisa saja berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan berjalannya kehidupan.

8. Perbedaan pola asuh anak bisa jadi perdebatan suami istri

8. Perbedaan pola asuh anak bisa jadi perdebatan suami istri
freepik/gpointstudio

Perdebatan lain yang mungkin muncul antara pasangan suami istri yaitu, masalah pola asuh anak suatu hari nanti. Terlebih jika kamu dan pasangan memiliki pandangan berbeda mengenai pola pengasuhan. Jika dibiarkan berlarut-larut, ini bisa menjadi penyebab keretakan hubungan antara kamu dan pasangan.

Ini bisa jadi masalah, dimana kamu sebagai orang tua harus memikirkan terkait nutrisi, pendidikan, bahkan mengenai cara mendisiplinkan anak. Sedangkan pendapat yang kamu miliki, berbeda dengan pasangan.

Namun menurut Dr. Mikalsen, sebaiknya kamu saling berdiskusi dengan pasangan secara langsung. Bicarakan semua hal mengenai apa yang kamu rasakan dan harapkan, agar hubungan kamu dan pasangan tetap harmonis.

9. Perbedaan budaya dan pendapat keluarga terkait program hamil

9. Perbedaan budaya pendapat keluarga terkait program hamil
Freepik/shurkin_son

Saat mencoba untuk hamil namun belum berhasil, sebenarnya ada banyak metode perawatan kesuburan alternatif yang bisa kamu lakukan. Mulai dari in vitro fertilization (IVF), inseminasi, donor sel telur atau sperma, hingga penggunaan obat kesuburan.

Tapi beberapa orang masih banyak yang memperdebatkan mengenai metode alternatif ini, karena dianggap kurang baik. Dimana ini berkaitan dengan budaya yang masih dianut oleh sebagian orang.

Mungkin saja, salah satu dari anggota keluarga dipihak kamu maupun pasangan, punya pendapat demikian.

Tentunya ini bisa memicu perdebatan pasutri saat menjalankan program hamil. Namun, penting untuk kamu menyadari kalau keputusan terkait program hamil, merupakan masalah pribadi kamu dan pasangan. Kamu perlu membatasi pendapat dari orang lain dalam hal ini.

10. Adopsi sebagai alternatif lain untuk memiliki anak, juga bisa menjadi perdebatan pasutri

10. Adopsi sebagai alternatif lain memiliki anak, juga bisa menjadi perdebatan pasutri
Freepik/Ufabizphoto

Adopsi biasanya banyak dilakukan sebagai alternatif untuk memiliki anak. Terutama bagi pasangan yang sudah mencoba hamil, baik secara alami atau dengan bantuan medis, namun belum berhasil.

Nah, masalah adopsi anak juga bisa jadi perdebatan antara suami istri lho. Menurut Dr Mendez, meskipun adopsi dilakukan atas dasar persetujuan bersama, namun tetap akan ada masalah terkait pengasuhan anak. Apalagi jika muncul anggapan bahwa anak tersebut bukanlah anak kandung.

Nah, itulah tadi 10 hal yang sering menjadi perdebatan pasangan suami istri, saat menjalankan program hamil.

Ini sangat mungkin terjadi lho. Kunci utama yang bisa kamu pegang adalah melakukan komunikasi dengan pasangan sebaik mungkin, untuk menemukan jalan keluarnya.

Tentu akan lebih baik jika kamu dan pasangan fokus terhadap program hamil yang dijalani, daripada meperdebatkan hal-hal yang menguras emosi.

Baca juga:

The Latest