Ketua penelitian, Dr. Eliahu Levitas mengatakan, penelitian ini menunjukkan bahwa stres yang berkepanjangan dapat berdampak pada kualitas sperma. Stres mental diketahui memiliki efek buruk pada kesuburan, tetapi hanya ada sedikit penelitian tentang dampak stres pada kualitas sperma.
Temuan ini dipresentasikan pada International Summit on Assisted Reproduction and Genetics in Tel Aviv. Hasilnya mengikuti sebuah studi penting pada Juli lalu yang memperingatkan manusia bisa menghadapi kepunahan jika jumlah sperma terus menurun.
Gaya hidup dinilai memiliki pengaruh. Karena itu, para peneliti di Hebrew University of Jerusalem dan Icahn School of Medicine di Mount Sinai mengklaim bahwa sudah saatnya kita menyelidiki faktor gaya hidup dan membenahinya.
Jika para pria tidak melakukan perubahan drastis terhadap cara hidupnya, masa depan mereka bisa mengkhawatirkan.
Berbagai bukti sebelumnya juga telah mengungkapkan bahwa kualitas sperma dapat dipengaruhi oleh bahan kimia yang ditemukan dalam sabun, tabir surya dan plastik.