Setiap pasangan yang sudah menikah, pasti mendambakan kehadiran anak diantara mereka.
Namun sayang, tak semua pasangan bisa mendapatkannya dengan cepat dan mudah. Hal tersebut sejalan dengan data yang telah dikumpulan oleh World Health Organization (WHO).
Diketahui, satu dari dua pasangan di negara berkembang mengalami masalah infertilitas, tak terkecuali beberapa pasangan di Indonesia.
Oleh karena itu, untuk beberapa kasus infertilitas sulit, teknologi bayi tabung atau IVF (in-vitro fertilization) menjadi salah satu upaya program kehamilan yang bisa membantu pasangan mendapatkan keturunan.
Untuk mendukung program tersebut sekaligus mengkampanyekan Malaysia Year of Healthcare Travel 2020 (MyHT2020), Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) pun meluncurkan program 'Harapan Dua Garis' yang dilangsungkan pada hari Kamis (15/1/2020) di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Melalui program tersebut, Malaysia Healthcare juga ingin membantu para pasangan untuk mewujudkan impian mereka menjadi orangtua baru dengan menyediakan akses perawatan IVF bagi 12 pasangan suami istri beruntung asal Indonesia yang telah merencanakan kehamilan namun memiliki kendala gangguan kesuburan (infertilitas).
Dalam acara tersebut, Dr Eeson Sinthamoney selaku Medical Director & Fertility Specialist Sunfert International Fertility Centre menjelaskan mengenai teknologi baru yang dapat meningkatkan keberhasilan program bayi tabung atau IVF.
Teknologi tersebut bernama embryoscopy dan pre-implantation genetic screening (PGS) yang kini sudah tersedia di beberapa rumah sakit di Malaysia.
Lantas, bagaimana cara kerjanya? Apa saja manfaatnya?
Nah, untuk mengetahui lebih dalam seputar embryoscopy dan pre-implantation genetic screening (PGS), berikut Popmama.com telah merangkum beberapa ulasan lengkapnya.
