Peneliti melihat data dari lebih dari 72.000 perempuan berusia 50 sampai 79 tahun selama 12 tahun. Mereka membandingkan tingkat serangan stroke, serangan jantung dan kematian akibat penyakit kardiovaskular di antara 4,6 persen perempuan yang telah hamil berusia di atas 40 tahun, dengan perempuan yang memiliki anak di usia yang lebih muda.
Mama yang memiliki bayi di kemudian hari mengalami peningkatan risiko - khususnya, tingkat stroke iskemik yang disebabkan oleh bekuan, jenis stroke yang paling umum terjadi dari 2,4 menjadi 3,8 persen, stroke hemoragik yang disebabkan oleh pendarahan otak. Lima sampai satu persen, serangan jantung dari 2,5 persen menjadi 3 persen, dan kematian kardiovaskular dari 2,3 menjadi 3,9 persen.
"Sudah diketahui bahwa perempuan yang hamil pada usia 40 tahun atau lebih memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi selama dan segera setelah kehamilan," penulis studi Adnan Qureshi, MD, peneliti utama dan direktur Zyllat Qureshi Stroke Institute di St Cloud, Minn, mengatakan melalui laman Fit Pregnancy.
"Studi saat ini menunjukkan bahwa mungkin ada konsekuensi jangka panjang juga." Dr. Qureshi dan rekan-rekannya menemukan bahwa sebagian besar faktor risiko penyakit kardiovaskular yang diketahui, seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol tinggi, menjadi penyebab atas sebagian besar kasus di antara perempuan yang lebih tua.
Tapi mengapa kehamilan di usia 40 tahun ke atas menyebabkan faktor risiko seperti itu?
"Kehamilan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis pada tubuh perempuan," Dr. Qureshi mengatakan. Mama dan pembuluh darah jantung mengalami ketegangan saat volume darahnya meningkat untuk memasok dirinya dan bayinya.
"Kemampuan untuk mentolerir perubahan fisiologis dan beban kerja kardiovaskular tambah menurun seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, disfungsi kardiovaskular lebih mungkin terjadi."
Jadi, kehamilan bisa meninggalkan jejaknya lama setelah perempuan melahirkan. "Perempuan yang memiliki kehamilan terakhir di usia lanjut memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi atau tekanan darah tinggi, gangguan terkait hipertensi dan diabetes melitus selama kehamilan atau sering disebut diabeter gestational," katanya.
"Ada beberapa bukti bahwa tingkat faktor risiko kardiovaskular yang tidak proporsional berlanjut bertahun-tahun setelah kehamilan," tambahnya.
Tapi, satu kejadian kardiovaskular tampaknya tidak terkait dengan faktor risiko. Stroke hemoragik, yang disebabkan oleh otak berdarah dan menghasilkan sekitar 13 persen stroke.
Dr. Qureshi memiliki beberapa teori mengapa kehamilan tampak begitu terkait langsung dengan jenis stroke ini. "Mungkin ada kondisi medis yang tidak diketahui dipicu selama kehamilan di usia lanjut," katanya.
"Perubahan ini terus berlanjut tanpa terbukti secara klinis sampai bertahun-tahun kemudian, bermanifestasi sebagai stroke hemoragik." Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap hubungan spesifik antara kehamilan dan jenis stroke ini.