Ini Risiko bila Janin Kelebihan Berat Badan, Cegah sebelum Terlambat

Bukannya sehat, bayi yang kelebihan berat badan bisa berbahaya lho, Ma

5 Mei 2022

Ini Risiko bila Janin Kelebihan Berat Badan, Cegah sebelum Terlambat
Unsplash/Tim Bish

Janin kelebihan berat badan merupakan suatu kondisi ketika janin memiliki berat badan yang lebih besar dibanding dengan ukuran rata-rata janin. Kondisi ini juga memiliki istilah lain yaitu fetal macrosomia.

Mungkin beberapa orangtua merasa senang jika buah hatinya memiliki berat badan yang cukup besar. Namun, ternyata janin yang kelebihan berat badan memiliki risiko yang membahayakan ibu dan janinnya sendiri, lho.

Bayi pada umumnya lahir dengan rata-rata berat badan 2,9 kg - 3,6 kg. Terlepas dari usianya, bayi yang lahir memiliki berat badan di atas 4 kg dapat didiagnosis kelebihan berat badan. Dilansir dari laman Mayo Clinic mengenai fetal macrosomia, sekitar 9 persen bayi di dunia memiliki kelebihan berat badan. 

Kelebihan berat badan pada janin bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, riwayat penyakit diabetes ibu, kenaikan berat badan berlebihan saat proses kehamilan, dan ibu berusia lebih dari 35 tahun saat hamil.

Lantas apa saja risiko bila janin kelebihan berat badan? Kali ini Popmama.com sudah merangkumnya untuk Mama. Disimak yuk, Ma!

1. Masalah pada saat persalinan

1. Masalah saat persalinan
Freepik/DCStudio

Bayi yang kelebihan berat badan dapat membuat proses persalinan lebih sulit karena ada potensi bayi terjepit di jalan lahir. Hal ini disebut juga dengan distosia bahu, yaitu kondisi ketika bahu janin tersangkut di panggul ibu dalam proses persalinan. 

Selain itu, kelebihan berat badan janin juga dapat menyebabkan cedera lahir. Jika proses persalinan sangat sulit, dokter memerlukan penggunaan forseps atau alat vakum selama persalinan, bahkan hingga operasi caesar.

Editors' Pick

2. Janin melukai jaringan vagina pada proses persalinan

2. Janin melukai jaringan vagina proses persalinan
Pixabay/Parentingupstream

Semakin besar berat badan janin, maka semakin lama proses persalinannya. Hal ini dapatmeningkatkan risiko jaringan dan otot-otot vagina sang Mama terluka, bahkan robek. 

Perineum (otot, kulit, dan jaringan yang ada di antara kelamin dan anus) tidak mampu menahan regangan pada saat proses persalinan karena ukuran bayi yang besar sehingga dapat menyebabkan luka. Jika jaringan vagina luka, harus segera ditangani dengan efektif karena apabila tidak ditangani secara efektif akan menyebabkan perdarahan dan infeksi serius.

3. Dapat menyebabkan perdarahan setelah melahirkan

3. Dapat menyebabkan perdarahan setelah melahirkan
Pexels/Sora Shimazaki

Apabila bayi memiliki berat badan diatas rata-rata, otot rahim mama biasanya tidak dapat berkontraksi dengan baik setelah melalui proses persalinan. Padahal, otot vagina mama sangat penting untuk bisa berkontraksi dengan baik dan menutup jalan lahir. Jika jalan lahir tidak menutup dengan baik, maka akan menyebabkan perdarahan pasca melahirkan yang dapat berakibat fatal. 

4. Robeknya dinding uterus

4. Robek dinding uterus
Unsplash/Olivia Anne Snyder

Robeknya dinding uterus, atau dalam istilah medis disebut dengan ruptur uteri, merupakan merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada saat proses persalinan. Kondisi ini jarang terjadi, namun hal ini sangat membahayakan keselamatan janin dan juga Mama.

Selain perdarahan, ibu yang mengalami ruptur uteri juga biasanya merasakan sakit yang hebat di tengah-tengah kontraksi. Hal ini menyebabkan kekuatan kontraksi persalinan cenderung melemah. Biasanya dokter akan menganjurkan untuk operasi sesar jika komplikasi sudah mengancam jiwa mama dan janin.

5. Berisiko anak mengalami sindrom metabolik

5. Berisiko anak mengalami sindrom metabolik
Freepik/lifeforstock

Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan. Gejalanya berupa tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang dan perut, serta kadar kolesterol yang tidak normal. 

Janin yang kelebihan berat badan memiliki risiko mengalami sindrom metabolik. Hal ini juga terkait dengan risiko obesitas pada masa kanak-kanak yang meningkat seiring dengan peningkatan berat badan lahir.

Nah itu dia rangkuman Popmama.com mengenai risiko bila janin kelebihan berat badan. Mama harus konsultasikan riwayat penyakit ke dokter kandungan untuk menghindari risiko-risiko tersebut. Tetap perhatikan kesehatan di masa kehamilan agar Mama dan janin sehat ya!

Baca juga:

The Latest