Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Pinterest.com/scarymommy
Pinterest.com/scarymommy

Saat hamil, tubuh mama mengalami banyak perubahan yang kadang bikin kaget. Salah satunya adalah kondisi rahim turun atau prolaps uteri. Meski jarang terjadi, kondisi ini bisa memengaruhi kenyamanan bahkan kesehatan kalau tidak ditangani dengan tepat.

Bagi sebagian Mama, keluhan ini mungkin terasa sekadar rasa berat di panggul atau tonjolan kecil di area vagina. Namun, tahukah Mama kalau rahim turun terjadi karena posisi rahim bergeser dari tempat normalnya? Kondisi ini bisa dipicu oleh beberapa hal yang perlu diwaspadai, mulai dari otot panggul yang melemah hingga tekanan berlebih selama kehamilan.

Lalu, apa saja penyebab rahim turun saat hamil dan bagaimana cara mengatasinya? Untuk menjawabnya, Popmama.com sudah merangkum penjelasan lengkap penyebab rahim turun dan cara mengatasinya.

Apa Itu Rahim Turun saat Hamil?

Rahim turun atau prolaps uteri adalah kondisi ketika rahim bergeser dari posisi normalnya menuju arah bawah, bahkan sampai ke vagina. Normalnya, rahim ditopang oleh otot dasar panggul dan jaringan pengikat agar tetap berada di tempatnya.

Saat hamil, beban rahim semakin berat karena adanya janin dan cairan ketuban. Jika otot panggul melemah atau tidak cukup kuat menahan, rahim bisa turun dari posisinya. Kondisi ini bisa menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti sensasi berat di panggul, nyeri punggung, atau muncul benjolan di area vagina.

Meskipun terdengar menakutkan, rahim turun saat hamil sebenarnya jarang terjadi. Namun, Mama tetap perlu mengenali tanda dan penyebabnya agar bisa melakukan pencegahan sejak dini.

Berikut penyebab rahim turun saat hamil:

1. Melemahnya otot dan jaringan penyangga panggul

Pinterest.com/apaonpregnancy

Rahim berada di dalam panggul dan ditopang oleh otot dasar panggul serta jaringan pengikat (ligamen). Otot dan jaringan ini bekerja seperti penyangga agar rahim tetap di posisinya.

Saat hamil, rahim akan membesar dan memberi tekanan ekstra pada area panggul. Ditambah lagi, hormon kehamilan seperti relaksin membuat otot dan ligamen jadi lebih kendur untuk mempersiapkan persalinan. Kombinasi faktor ini bisa membuat penyangga rahim melemah, sehingga rahim lebih mudah turun dari posisi normalnya.

2. Kehamilan kembar dan janin berukuran besar

Pinterest.com/chiarasachex01

Membawa satu janin saja sudah membuat rahim dan panggul bekerja ekstra, apalagi jika Mama mengandung bayi kembar atau janin dengan ukuran lebih besar dari rata-rata. Tekanan ke bawah pada otot dasar panggul jadi jauh lebih besar.

Jika otot panggul tidak cukup kuat menopang, rahim bisa turun dari posisi normalnya. Risiko ini juga bisa bertambah kalau jarak kehamilan Mama terlalu dekat, karena otot belum sempat pulih sepenuhnya dari kehamilan sebelumnya.

3. Persalinan normal sebelumnya

Pinterest.com/neevivfcenter

Melahirkan secara normal memang alami, tapi proses ini bisa membuat otot panggul bekerja sangat keras. Saat persalinan, otot dan jaringan penyangga rahim meregang agar bayi bisa keluar.

Jika prosesnya lama, bayi besar, atau menggunakan alat bantu seperti forceps, risiko kerusakan otot dan ligamen panggul jadi lebih tinggi. Akibatnya, otot panggul tidak kembali sekuat semula. Jadi, ketika Mama hamil lagi, otot yang sudah melemah ini lebih rentan membuat rahim turun dari posisinya.

4. Obesitas

Pinterest.com/plussizebirth

Kelebihan berat badan bukan hanya berdampak pada kesehatan umum, tapi juga memberi beban tambahan pada area panggul. Saat Mama hamil dengan kondisi obesitas, tekanan pada otot dasar panggul akan semakin besar.

Beban ini membuat otot dan ligamen yang menopang rahim bekerja lebih keras dari biasanya. Jika tekanan ini berlangsung terus-menerus, otot panggul akan lebih cepat melemah sehingga rahim lebih rentan turun dari posisinya.

5. Sembelit kronis dan sering batuk

Pinterest.com/popsugar

Sembelit yang sering terjadi membuat Mama harus mengejan kuat saat buang air besar. Kebiasaan mengejan ini menambah tekanan pada area panggul. Begitu juga dengan batuk kronis, yang menyebabkan kontraksi otot perut berulang kali dan memberi dorongan ke bawah. 

Tekanan yang terjadi secara terus-menerus ini bisa membuat otot dan jaringan pengikat rahim semakin lemah. Akibatnya, rahim berpotensi turun ke arah vagina. 

6. Hamil di usia lebih tua

Pinterest.com/nypost

Seiring bertambahnya usia, elastisitas otot dan jaringan tubuh berkurang, termasuk otot dasar panggul. Penurunan hormon estrogen juga berpengaruh pada kekuatan jaringan pengikat rahim. Itulah mengapa Mama yang hamil di usia lebih tua memiliki risiko lebih besar mengalami rahim turun dibandingkan mereka yang hamil di usia muda.

Jika sebelumnya Mama pernah melahirkan, risiko ini bisa meningkat karena otot panggul sudah lebih longgar dari kehamilan sebelumnya.

7. Faktor lainnya: Fibroid, kelainan jaringan ikat, dan penurunan hormon

Pinterest.com/motherrising

Selain faktor utama yang sudah disebutkan, ada beberapa kondisi medis yang juga bisa memengaruhi kekuatan penyangga rahim. Salah satunya adalah fibroid rahim (miom) atau tumor jinak di area panggul. Adanya massa ini bisa memberi tekanan tambahan pada otot dasar panggul, sehingga beban untuk menopang rahim semakin berat.

Selain itu, kelainan jaringan ikat, misalnya pada orang dengan sindrom Ehlers-Danlos, membuat jaringan tubuh lebih rapuh dan kurang elastis. Ditambah lagi, penurunan kadar hormon estrogen baik karena faktor usia maupun kondisi tertentu, juga dapat melemahkan kekuatan jaringan pengikat rahim. Semua hal ini meningkatkan risiko rahim turun. Terutama jika terjadi bersamaan dengan faktor kehamilan. 

Tanda dan Gejala Rahim Turun saat Hamil

Pinterest.com/webconsultas_healthcare

Rahim turun atau prolaps uteri saat hamil biasanya ditandai dengan keluhan yang terasa tidak nyaman di area panggul. Salah satu gejala yang sering dialami adalah sensasi berat atau penuh di panggul, seolah ada sesuatu yang menekan ke bawah. Sebagian Mama juga mungkin merasa nyeri punggung bawah atau ketidaknyamanan yang semakin parah ketika berdiri lama atau mengangkat beban.

Selain itu, gejala lain yang bisa muncul antara lain:

  • Benjolan di vagina yang kadang bisa diraba atau terlihat.

  • Sering ingin buang air kecil, bahkan disertai kesulitan mengosongkan kandung kemih.

  • Gangguan buang air besar seperti sembelit.

  • Nyeri saat berhubungan intim.

Cara Mengatasi Rahim Turun saat Hamil

Pinterest.com/habitatformom

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi keluhan dan mencegah kondisi rahim turun semakin parah. Penanganannya tergantung dari tingkat keparahan, tapi umumnya dokter akan menyarankan langkah-langkah berikut:

  1. Istirahat dan Kurangi Aktivitas Berat

    Saat mengalami rahim turun yang masih ringan, dokter biasanya menyarankan untuk membatasi aktivitas fisik yang memberi tekanan besar pada panggul. Hindari mengangkat benda berat atau berdiri terlalu lama, karena itu bisa memperparah kondisi dan mempercepat melemahnya otot penyangga rahim.

  2. Latihan Senam Kegel

    Senam Kegel efektif untuk memperkuat otot dasar panggul, membantu menopang rahim dengan lebih baik. Cara melakukannya cukup mudah: kontraksikan otot seperti menahan buang air kecil, tahan beberapa detik, lalu lepaskan; ulangi rutin setiap hari.

  3. Penggunaan Pessary (cincin Penyangga Vagina)

    Untuk kasus yang lebih menonjol atau mengganggu, dokter bisa meresepkan pessary — alat berbentuk cincin yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menopang rahim pada posisi yang lebih stabil. Alat ini harus digunakan dengan petunjuk dan kontrol dokter karena perlu dirawat secara bersih. 

  4. Posisi Tidur Trendelenburg

    Salah satu cara non-invasif yang dapat membantu adalah tidur dengan posisi kaki lebih tinggi daripada kepala (posisi Trendelenburg). Posisi ini memanfaatkan gaya gravitasi untuk mengurangi tekanan pada rahim. 

  5. Fisioterapi panggul

    Kalau Mama ingin penanganan lebih efektif, fisioterapi panggul bisa menjadi pilihan. Terapi ini dilakukan oleh fisioterapis untuk melatih kekuatan otot dasar panggul menggunakan teknik tertentu, termasuk biofeedback atau alat khusus untuk memperbaiki posisi rahim. Fisioterapi biasanya direkomendasikan pada prolaps yang masih ringan sampai sedang, dan harus dengan pengawasan tenaga medis.

  6. Penanganan Medis dan Operasi (Jika Diperlukan)

    Jika kondisi tergolong berat atau tidak membaik dengan cara konservatif, dokter mungkin akan merekomendasikan tindakan medis lebih lanjut seperti suspensi uterus (penyambungan kembali ligamen panggul), atau bahkan operasi. Namun, operasi biasanya dipertimbangkan jika Mama tidak merencanakan kehamilan lagi di masa mendatang.

Nah, itulah penjelasan mengenai penyebab dan cara mengatasi rahim turun saat hamil. Kalau Mama merasakan gejala yang mengarah ke kondisi ini, jangan tunda untuk konsultasi ke dokter agar kehamilan tetap aman dan nyaman.

Editorial Team